Kamis, 23 Agustus 2012 1 komentar

CERITA MIMPI KITA


Aku tidak tau,, sejak kapan jantungku ini berdetak sangat cepat. Mengirimkan adrenalin ke setiap nadiku. Aku tidak tau,, mengapa emosi ini begitu bisa meluap-luap? Menyiapkan energy yang sangat besar yang bersiap meledakkanku bila tidak aku lampiaskan.

Nada yang dinamis tercipta dari tarianku jari-jariku diatas tuts putih dan hitam yang berjajar. Nadanya begitu penuh kemarahan saat aku mainkan . Cara menyanyiku pun seperti orang hard core dengan lirik penuh dengan rasa ingin melampiaskan, berteriak-teriak aku seperti orang dalam penjara yang tidak dibebaskan selama 100 tahun. Menyisakan rasa panas diujung jariku dan mengakibatkan lega hatiku.
Plok,, plok,, plok suara tepuk tangan itu menyambut berakhirnya laguku. Tidak begitu meriah karena tepukan itu bukan berasal dari beratus orang didalam Ballroom megah. Hanya seorang yang diambang pintu tapi itu terasa lebih berarti bagiku daripada beratus orang di Ballroom. Lagipula mana ada orang yang mau memberikan tepukan angannya untuk lagu hancurku barusan kecuali dia. Dia berjalan mendekatiku, menghentikan langkahnya disamping piano.

 “Sejak kapan ruang seni music Sekolah jadi ruang pribadimu?” tanyanya sambil nyengir.

“Biar saja!! aku sedang sebal” ucapku dengan nafas tersengal. “Tapi sekarang sudah cukup lega” lanjutku.

“Piano emang bagaikan tongkat bisbol ya bagimu. Bisa kamu gunakan untuk melampiaskan perasaan”candanya kriuk. “Emang kamu masih sebal karena masalah yang sama seperti saat kamu kabur ke menara penyimpanan air dua hari yang lalu dengan gitar?” lanjutnya bertanya.

Senin, 20 Agustus 2012 0 komentar

RENTETAN KISAH


Matahari begitu terik memapar jalanan aspal yang retak-retak dan kering keronta. Angin berhembus lirih menyusuri Balkon salah satu Restoran cepat saji. Dari banyak meja dan kursi berjajar. Dan beberapa orang yang ngobrol bergossip ria dengan teman-teman mereka. Disanalah ada aku dihadapan laptop hitamku coba menyusun kata Huruf demi huruf . Kurasakan suasananya cukup mendukung untuk aku berimajinasi.

Tapi ternyata walau sudah didukung oleh suasana ternyata inspirasi belum datang juga. Floatku sudah habis setengahnya. Kentang goreng large ku pun sudah tinggal bungkus dan saos sambalnya. Aku menghela nafas lelah , memejamkan mata merasakan angin membelai rambut hitam panjangku. Tapi tak lama aku segera menghadap laptopku lagi dan coba menyelesaikan Novelku.

“Radit selingkuh lagi??” suara itu cukup keras aku rasa seluruh orang di Balkon itu hingga yang didalam ruangan mendengarnya. Beruntung gadis itu karena tidak ada orang didalam ruangan. Hanya ada sekitar 10 orang yang mendengar hal menarik itu. dan aku adalah yang paling dekat dengan tempat duduk gadis itu.

Dengan ke dua temannya dia mulai melanjutkan perbincangan mereka. aku pura-pura tidak peduli dengan mendengarkan music lewat earphone. Tapi mereka tidak tau kalau earphoneku bervolume kecil. Jadi aku masih bisa mendengar perbincangan mereka dari sela-sela lagu acoustic yang aku dengar.

 “Jangan keras-keras, Lin” ucap seorang gadis yang berambut lurus sebahu dan tipis. 

“Tapi si Radit udah keterlaluan, Mel” balas gadis yang berteriak tadi yang sekarang akan kusebut dengan Lin.

“Tapi kalau kamu teriak-teriak gitu malah buka aibnya, Mel” ucap yang berambut panjang ikal.

“Rena benar” ucap gadis berambut lurus sebahu dan tipis yang sekarang akan kusebut Mel.

“Terus gimana kamu udah putus dengan si Radit itu?” Tanya Lin lagi sekarang  dengan suara pelan.

“Aku,, tidak bisa” jawab Mel.

“Kenapa?” mata yang berambut panjang ikal yang sekarang kusebut dengan Rena.

“Karena,,,”

“Jangan bilang kamu sangat mencintainya dan tidak bisa hidup tanpanya. Jangan bodoh Mel” potong Lin matanya melotot

“Aku,, memang mencintainya tapi kalau dia memang tidak bisa bersamaku tentu aku akan melepaskannya. Tapi masalahnya sekarang bukanlah karena rasa cintaku yang terlalu besar. Hanya saja….” Mel tidak melanjukna perkataannya. Dia menunduk lewat bayangan pembatas Balkon yang terbuat dari kaca. Aku bisa melihat dia menunduk dan sesuatu berkilau karena sinar matahari meluncur dari pipinya. Mel menangis. Dia meletakan tangannya diatas perutnya dan seketika teman-temannya tertegun dan memeluk Mel.

“Maafkan aku” ucap Mel sambil terisak. Mereka sempat jadi pusat perhatian tapi sepertinya orang lain tidak terlalu tertarik dengan keharuan mereka dan segera berpaling.

Sekarang aku mengerti apa masalahnya. Seperti lagu dangdut yang hamil-hamil itu. mel dihamili oleh pacarnya yaitu Radit dan bersedia disakiti agar Radit tidak meninggalkannya.

 Dasar cinta bikin buta,

Aku teliti lagi layar laptopku tadi sambil mendengarkan aku juga mencopy pembicaraan mereka di Laptopku. Lumayan mungkin saja berguna untuk Novelku. Memang cinta itu memang seperti narkoba apa saja rela dikorbankan seseorang untuknya. Aku bingung kenapa ya orang tunduk pada cinta kalau hanya ingin jadi budaknya ???

Aku hanya menggeleng dan beberapa menit kemudia ketiga gadis itu pergi. 15 menit kemudian Restoran itu semakin sepi hanya ada lima orang termasuk aku ada di Balkon. Aneh kenapa ya hari ini begitu sepi?? Padahal walau panas tapi permandangan dari Balkon Restoran ini kan cukup indah. Gedung-gedung tinggi menjulang disebrang rerumputan hijau tinggi dan semak-semak. Menurutku pemandangan ini sedikit ironis tapi selalu menjadi tempat yang tepat untukku menulis.
Beberapa menit kemudian sepasang remaja datang menggantikan tempat duduk ketiga gadis itu.

“Bagaimana ibumu?” Tanya si lelaki begitu mereka sudah duduk dengan nyaman.

“Parah, dia takkan merestui kita” jawab si gadis.

“Tenang” si pemuda menggapai tangan si gadis. “Kita akan melaluinya” ucapnya penuh keyakinan.

“Tapi,, aku khawatir. Keluargaku akan menyakitimu” timpal si gadis.

“Biar berdarah pun aku tidak akan meninggalkanmu. Apapun yang terjadi yang kuinginkan adalah kamu” 

Si gadis tersenyum mendengar ucapan si pemuda, “Ya,, ayo kita berusaha”

“Kamu mau pesan apa biar aku pesankan?” Tanya si pemuda.

“Terserah kamu saja” jawabnya lalu si pemuda bangkit untuk memesan makanan didalam ruangan.

“Halo sayang” ucap si gadis dengan orang yang ada diujung sambungan hpnya.

“Iya,, aku lagi sama teman”

“Hah,, iya sayang sepertinya orang tuaku tidak akan mau menyetujui kita. Aku enggak tau harus bagaimana”

“Jangan!! Jangan kamu belikan mereka barang-barang mahal seperti itu. masa kamu mau berikan ayahku ferarri sekalipun ayahmu milyuner aku tidak mau”

“Hmm,,, ya sudahlah kalau kamu memaksa”

Dasar licik!!! Pekik hatiku. Dasar manusia sudah punya yang sebaik itu masih saja mendamba yang lainnya dasarnya memang serakah. Tapi eh,, aku kan juga manusia tapi kok aku enggak seserakah dia ya???. Hmm,,, manusia memang berbeda-beda jenisnya. Dan lagi-lagi aku menyalinnya di laptopku.
Aku beranjak dari tempat dudukku laptopku sengaja kutinggalkan karena aku hanya pergi ke Toilet. Saat aku akan masuk aku melihat si pemuda dengan hp dilekatkan di telinganya.

“Iya,, sayang pasti kita jalan nanti malam” ucapnya mesra.

“Iya-iya, ya sudah I love you”

Aku langsung masuk ke Toilet sebelum akhirnya pemuda ittu berpaling. Sial!! Ternyata dua-duanya sama serakahnya. Hah,,, aku bingung bagaimana cara mereka mendeskripsikan cinta?? Mengapa 
mereka begitu mudah untuk menyakiti seperti itu???

Aku kembali ke tempat dudukku ternyata pasangan tidak saling mencintai itupun sudah pergi. Hah,, syukurlah setidaknya aku tidak akan dibuat kesal lagi dengan tingkah laku mereka yang ternyata munafik itu.

Sial!! Baterai laptopku sudah hampir habis aku pindah posisiku ke kursi dekat tembok yang ada dihadapan mejaku. Aku mencolokkan charge laptopku ke stop kontak yang menempel di tembok. Ternyata seorang pemuda yang dari tadi duduk di pojok Balkon dekat pintu menggantii posisinya di kursiku tadi.

“Akhirnya,, “ gumamnya.

“Sayang,,” lanjutnya sambil mengelus-elus foto ditangannya. “Ingat enggak lima tahun yang lalu kita sering menghabiskan waktu disini,, kamu selalu bilang kamu suka dengan pemandangan di Balkon ini. katamu ironis tapi indah. kenapa sayang kamu begitu cepat perginya? Kenapa tidak bisa lebih lama kamu menemaniku disini?? Kenapa tuhan begitu cepat memanggilmu”

Bulu kudukku merinding, ini adalah suatu kehilangan. “Sayang, aku cinta padamu kamu tau betapa sulitnya aku untuk melepasmu. Kamu tau aku tidak bisa mencintai yang lain selain kamu. sebenarnya ingin sekali aku menyusulmu ke alam itu tapi aku yakin itu bukanlah yang kamu inginkan” suaranya parau  dan dia menangis diantara kedua ujung pipinya yang terangkat keatas.

Lama pemuda itu duduk disana dengan secangkir kopi dihadapannya yang sudah mendingin. Dan memandang lurus kearah pemandangan. Aku coba mendeskripsikan ceritanya dalam cerpen singkat di laptopku.

Ternyata diantara kepalsuan cinta masih ada cinta setulus dan sejati seperti itu. mungkin memang cinta itu mematikan tapi cinta jugalah yang mewarnai kehidupan. Cinta adalah hal yang saat kamu sedih ataupun terluka kamu akan menemukan cara untuk tersenyum.

Pemuda itu memang telah kehilangan orang yang dicintainya. Orang yang dicintainya memang sudah mati tapi cintanya tidak. Cinta jugalah yang membuatnya berada tetap berada disini. Dan aku harap cinta jugalah yang akan memberitahunya cara untuk melepaskan dan ikhlas.

Pemuda itu belum beranjak begitu pula aku Balkon itu semakin sepi sore pun mulai turun. Aku iseng membuka aku facebook dan twitter ku secara bersamaan. Mumpung juga ada wi-fi nya, aku cek berandaku. Sebenarnya banyak dari teman facebookku yang bukan benar-benar temanku. Yaa,, salah sendiri aku meng-konfirmasi permintaan pertemanan mereka. aku bingung kenapa mereka meng-add aku padahal tidak saling kenal? Mungkin karena namaku yang menarik “Callia Resty” dan foto profileku  yang cantik. Heheheh

Anak-anak remaja sedang mempublikasi kan kisah cinta mereka lewat status dan tweet mereka. ada yang baru jadian, ada yang putus, ada yang niat minta balikan, ada juga yang di PHP (pemberi harapan palsu) juga ada yang niat mau putus. Tapi dari semua status dan tweet itu ada satu tweet yang membuatku tertarik.

Sachie Welda @sachiew ( ini bukan twitter yang sebenarnya ngga usah di follow)
Maaf,, tapi aku harus pergi walaupun jarak itu memisahkan kita tapi cinta yang akan menyatukannya. Aku cinta kamu @Dwikichan #LDR

Begitu tulisannya, LDR (long destion relationship)  atau hubungan jarak jauh emang bikin ribet. Tapi beruntunglah @Sachiew ini karena dia LDR-annya di zaman modern seperti ini coba aja kalau dia LDR-annya di zaman jebol dulu-dulu banget. Sebelum ada twitter , facebook dan hp seperti saat ini pasti tambah ribet aja.

Hmm,, tapi apakah cinta @Sachiew dan @Dwikichan ini akan berjalan lancar. Apa cinta mereka mampu mempersatukan jarak itu?? hahh,, semogalah dipikir-pikir aku ini KEPO juga ya ngurus hal yang nggak penting kayak ginian.

Lalu aku mendapati banyak sekali tweet dan status lucu tentang kehidupan cinta dari teman virtualku. Ada yang sampai ngomong nggak sopan untuk melampiaskan rasa marah karena diputusin. Ada yang buat tanda hati lima baris saking senangnya. Cinta itu memang aneh, tapi walaupun aneh tetap saja dikejar.

Lalu akupun jadi tersadar, ternyata walaupun hanya satu kata “cinta” tapi dia banyak jenisnya. Cinta memang penuh warna, penuh rasa dan penuh kisah.
Ada cinta yang menyakitkan, membahagiakan, memuakan dan membuat kita terus menangis. Tapi aku selalu yakin satu hal tentang cinta. Walaupun cinta akan membawa rasa sakit pada diri kita tapi ia jugalah yang akan membawa penawarnya.

Akupun memekik pelan lalu aku ketik dengan huruf Bold di baris atas microsof wordku dan kuketikan kata “cinta”. Dan dibaris-baris selanjutnya aku keluarkan rentetan kataku yang akan membuat kisah untuk novel teranyarku.

Cinta,, tidak akan pernah ada cukup kata yang akan bisa membuatmu paham akan rasanya. Kamu harus merasakannya sendiri dan mendeskripsikannya untuk dirimu sendiri. Buat arti cintamu!!!
0 komentar

RAMADHANKU BERSAMA IBUK


Matahari sepertinya sedang tidak punya ampun hari ini begitu menyengatnya ia menyinari bumi ini. menyelekit ke setiap sel kulit manusia mendidihkan ubun-ubun. Tapi kita harus pintar-pintar mengendalikan emosi kita di hari yang panas ini. pasalnya sekarang sudah memasuki hari ke 29 Ramadhan. Di sebuah Pasar yang penuh hilir mudiknya orang-orang, berseliweran dengan tujuan mereka masing-masing. Ibu-ibu bersama anak gadisnya begitu kerepotan membawa bawaan mereka. sehingga seorang kuli angkut dipanggilnya untuk membawa borongan mereka yang sampai berkarung itu.

Aku menghela nafas panjang dengan peluh yang bercucuran lancar dari tubuhku. Merasakan sensasi keringnya tenggorokan ini dan menyiksanya panas matahari siang. Ya allah, kuatkanlah hamba ya allah., doaku dalam hati. Seorang ibu lain menuruni tangga dengan belanjaan yang cukup banyak. Aku langsung menghampirinya.

“Ibu, mau tas kresek supaya gampang bawah belanjaannya” aku menawarkan sambil menyodorkan tumpukkan kresek hitam dengan tanganku.

Ibu yang berjilbab itupun tersenyum lalu menyutujui untuk membayar 3 ribu rupiah untuk 3 kantong kresek.

“Alhamdulillah” ucapku penuh rasa syukur saat aku menerima uang itu. “Sebentar lagi”

Aku hampiri lagi ibu-ibu yang hendak dan setelah berbelanja. Beberapa orang mau membeli kantong kresekku ada juga orang-orang yang menolak membelinya. Apapun yang terjadi inilah rezeki dari Allah. Aku harus mensyukurinya.

Berdiri aku mematung didepan sebuah toko, Toko itu memajang sebuah baju muslim berwarna hijau yang sangat bagus. Baju itulah adalah tujuan utamaku saat ini, setelah uang ini terkumpul akan kubelikan baju itu. aku akan berlari ke Rumah sambil membawa baju muslim hijau itu. lalu memberikannya ke Ibuk, aku yakin Ibuk akan terlihat sangat cantik memakai baju muslim itu.

“Adek, beli kantong kreseknya” ucap seorang Mbak-mbak menyentuh bahuku.

“Oh iya mbak,” aku tersadar dari renunganku.

“Berapa adek?”

“Lima ratus mbak,”  jawabku. Mbak itu mengambil lima lembar kantong kresek tapi membayarnya dengan uang 20 ribuan.

“Wah,, kembaliannya susah mbak”

“Buat kamu sajalah” ucapnya. “Adek, enggak capek?” Tanya mbak itu kemudian.

“Capek mbak tapi saya harus tetap kerja” sepertinya mbak itu ingin mendengar banyak hal dari aku hingga dia mengajakku duduk beristirahat. Karena dia sudah memberiku rezeki lebih akupun menurutinya.

Mbak itu bertanya padaku tentang kehidupan yang aku jalani. Aku pun bercerita padanya bagaimana setiap pagi aku harus membantu Ibuk membersihkan Ladang milik orang lain. Siangnya kadang aku membantu Ibuk mengupas bawang kalau tidak yang ke pasar jualan kresek. Bagaimana setiap malam aku harus belajar dengan lampu minyak karena Ibuk tidak punya cukup uang untuk memasang dan membayar listrik. Bagaimana menyiksanya diserbu nyamuk tiap tidur. Aku juga menceritakan pada mbak itu tentang keinginanku untuk membelikan Ibuk baju muslim berwarna hijau yang kulihat di Toko tadi.

“Wah,, kamu sangat hebat dek” puji mbak itu. “Ibu kamu pasti bangga padamu, mbak yakin itu”

“Terimakasih, Mbak” ucapku malu-malu.

“Namamu siapa?” Tanya mbak itu.

“Nama saya Jaka Mbak” jawabku.

“Umurnya berapa?”

“10 Tahun, Mbak”

Mbak itu mengangguk sambil mengulang namaku lirih, “Nama saya Tina, senang bisa ngobrol sama Dek Jaka”

Aku mengangguk, “Ya sudah ya mbak, saya harus kembali kerja lagi” pamitku.

“Tunggu Dek Jaka!!” panggil Mbak Tina lagi membuatku kembali menoleh ke belakang. Mbak Tina bangkit dari duduknya lalu menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan untukku.

“Untuk baju muslim Ibu” ucapnya seraya tersenyum manis. Aku memandangnya tak percaya. Di zaman serba modern ini, yang manusinya semakin bertambah egoisnya masih ada orang sebaik Mbak Tina. Aku sempat menolak pemberiannya namun dia hanya berkata:

“Kamu lebih butuh dari saya, cepat belikkan Ibumu baju muslim itu. cepat pulang ke Rumah dan berikan baju muslim itu”

Tentu saja aku segera melaksanakan ucapan Mbak Tina. Sestel baju Muslim berwarna hijau cerah, walaupun tidak terlalu banyak hiasan disana-sininya seperti milik Syahrini atau Ashyanti yang selalu sibuk berlomba untuk menjadi trend. Tapi aku yakin Ibuk akan sangat cantik memakai baju muslim ini.

“Ibuk!! Jaka pulang!! Ibuk!!” teriakku penuh semangat.

“Jaka, ada apa kamu? eh, apa itu Jaka?” Tanya Ibuk melihat tas kresek putih yang kutenteng.
 Aku mengajak Ibuk masuk ke Rumah dan memperlihatkan padanya baju muslim itu.

“Dapat dari mana kamu Jaka? Jaka kamu tidak mencuri kan? Jaka sekalipun kitaoran miskin tapi jangan sampai kita mencuri”

“Ibuk,, Jaka tidak mencuri tadi ada orang yang sangat baik yang member Jaka uang, Buk. Namanya Mbak Tina orangnya baik”

“Ya Allah, Alhamdulillah Ya Allah” ucap Ibuk penuh syukur. Aku meminta ibuk untuk mencoba baju muslim itu. benar kan Ibukku tampak cantik sekali walaupun saat itu wajahnya sedang lusuh dan rambutnya berantakan. Dialah wanita paling cantik di hidupku.

©©©

Gema takbir menyeruak merambat melewati udara. Aku dan Ibuk ikut menggemakannya juga walau di Rumah.

 ©©©

Hari ini adalah hari Raya Idul Fitri, hari dimana tidak ada pintu maaf yang tertutup. Ibuk dengan baju muslim hijaunya berpadu dengan kerudung putih. Wajahnya Nampak berseri dan mendamaikan bagai hatiku. Senyumnya sangat lembut menyambutku kala membangunkanku untuk sholat IED.

Setelah sholat IED kami berkunjung ke Rumah-Rumah tetangga. Saling berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Ya Allah, pasti indahnya dunia ini andainya setiap harinya adalah hari Raya Idul Fitri. Tidak ada iri, dengki, kejahatan, dan kebohongan yang ada hanyalah keramah tamahan dan kerukunan. Andainya semua hari bisa jadi hari Idul Fitri. Andainya…

Malam menjelang entah rasanya begitu cepat bagiku, Ibuk menyiapkan opor ayam untuk makan malam. Iya, Alhamdulillah rezekiku dari Allah yang disalurkan dari Mbak Tina masih sisa jadi Lebaran ini kami bisa makan enak. Setelah makan kami Sholat Isyak berjamaah lalu kami tadarusan. Hingga kantuk menjelang kami pun berbaring di tempat tidur.

©©©

Krekk,, kreekk suara itu sungguh menganggu pendengaranku membuatku terbangun dari tidurku. Disampingku Ibuk tertidur dengan lelapnya, melihat wajahnya yang tengah tertidur sangat mendamaikan. Bagiku tidak ada lagi yang lebih penting kecuali kebahagiaan Ibuk. Suara itu masih terdengar. Aku penasaran akhirnya dengan hati-hati aku keluar dari Kamar dan menuju Belakang Rumah arah dari suara itu.

Suara  itu semakin lama semakin keras hingga aku melihat seseorang yang tengah mencoba membuka pintu belakang Rumahku. Aku hampir berteriak namun terlambat seseorang telah membekap mulutku terlebih dulu. Aku meronta tapi ada orang lain yang memegang tangan dan kakiku. Aku merasakan pusing di kepalaku lalu setelah itu entahlah semua jadi gelap.

©©©
Bagus Tina, dia sangat cocok” sayup-sayup aku mendengar suara berat seorang lelaki. Perlahan aku membuka mataku. Aku terbaring disebuah meja besi yang sudah karatan, kepalaku sakit, namun aku tidak bisa merasakan bagian tubuhku yang lain.

Mbak Tina!! Pekik hatiku saat aku melihat Mbak Tina tersenyum jahat padaku. Seorang lelaki disebelahnya membalas senyumnya juga.

“Ayo, kita mulai operasinya” ucap lelaki itu.

“Ya,, jantung dan ginjal anak ini pasti sangat mahal” ucap Mbak Tina sambil mengayunkan pisau operasi. Kemudian aku merasakan rasa sakit didadaku seperti ada yang menggoresnya.

Oh ya Allah, bila ini cara yang Engkau kehendaki untukku kembali padamu, hamba ikhlas ya Allah. Namun ya Allah jangan biarkan orang-orang ini melakukan dosa dengan bagian tubuh hamba. Ya Allah, tolonglah hambamu”

Perlahan aku merasakan tanganku bisa digerakkan dan seperti ada kekuatan tumbuh dalam diriku. Aku memberontak aku mendorong lelaki itu hingga menimpa Mbak Tina. Aku cepat pergi dari Ruangan gelap itu. syukurlah, aku tidak perlu waktu lama untuk menemukan jalan keluar.

Berlari aku dengan sekuat tenaga walau semakin kencang aku berlari semakin sakit yang kurasakan di dadaku. Namun aku harus berlari karena lelaki itu dan Mbak Tina tengah mengejarku. Malam seperti ini susah menemukan tempat yang ramai sekalipun di Jalan Raya. aku harus berlari!! Aku harus ke Kantor Polisi sekarang!!

Kususuri Trotoar jalan raya hingga aku menemukan sebuah papan berwarna kuning bertuliskan Polisi yang berwarna hitam. Didepan Kantor Polisi itu ada Ibuk yang tengah menangis dihadapan Pak Polisi. Lelaki dan Mbak Tina masih mengejarku mereka bertambah dekat.

“IBUK!!” aku berteriak lalu segera aku menyebrang menuju Kantor Polisi itu. namun….

©©©

Di pagi hari setelah hari Idul Fitri ada sebuah bendera kuning terpasan didepan pintu Rumahku. Air mata Ibuk jatuh ke wajahku yang berwarna pucat dan dingin.

“Jaka! Jaka anakku” panggilnya senduh.

Malam itu aku tidak pernah mengira bukanlah sindikat penjualan organ tubuh manusia illegal yang mengakhiri hidupku. Tapi sebuah Bus yang dikendarai oleh supir mabuk. Aku sangat sedih melihat air mata Ibuk. Namun apa daya tanganku tak bisa menyentuhnya lagi, suaraku takkan terdengar lagi olehnya.

“Ibuk, Jaka sayang Ibuk” bisikku padanya namun Ibuk tidak peduli dan terus menangisi jasadku.

“Jaka!! Siapkah kamu?” ucap seorang lelaki berwajah tampan berbaju putih yang berdiri disampingku.

“Apa Ibuk akan baik-baik saja selama saya pergi?” tanyaku.

“Dia pasti baik-baik saja Jaka, ada yang selalu melindunginya yaitu Allah” jawab lelaki tampan itu.

“Kalau Allah yang menjaga Ibuk, Jaka percaya Ibuk akan baik-baik saja” timpalku.

Lelaki itu tersenyum, “Jaka tidak usah sedih, Jaka adalah golongan orang-orang yang beruntung”
“Jaka tidak sedih, asal Jaka tau Ibuk akan baik-baik saja Jaka tidak apa-apa. jaka tidak menyesal karena inilah takdir dari Allah”

Lelaki itu kembali tersenyum lalu memegang tanganku. Tubuhku terasa sangat ringan, terbang ke udara. Bersatu dengan cahaya putih.

Aku tidak pernah menyesal walaupun hidupku singkat. Karena dalam hidupku yang singkat aku menghabiskannya bersama seseorang yang paling kusayang dan paling berjasa di hidupku. Ibuku…


Sabtu, 18 Agustus 2012 0 komentar

TITIK PERUBAHAN


“Dasar istri enggak berguna!!”
“Nggak berguna kamu bilang, lihat dirimu sendiri. Suami nggak bertanggung jawab”
“PLAKK!!”
Aku capek, aku lelah hah,, pokoknya benar-benar nggak tahan. Hampir setiap hari atau memang setiap hari. Aku harus mendengar dan melihat pertegkaran antara Ayah dan Ibu. Dan yang bisa kulakukan hanyalah bersembunyi dibalik pintu kamarku yang terkunci. Dengan music earphone yang menggema ditelingaku untuk menyamarkan suara mereka. Ingin rasanya aku keluar dari persembunyiaanku ditengah pertengkaran mereka. teriak sekeras-kerasnya sebagai aksi protes. Tapi kalau dipikirkan lagi sepertinya itu akan sia-sia, mereka terlalu egois untuk mendengarkanku. Mereka terlalu angkuh untuk mengakui kesalahan mereka.
Mungkin  masalah yang kuhadapi ini bukanlah masalah yang jarang. Masih banyak diluar sana anak yang keluarganya lebih hancur dari keluargaku. Dengan mengingat hal itu aku jadi sadar aku harus tetap bersyukur. Aku harus bersyukur karena aku masih bisa bertahan dengan keadaan keluarga seperti ini.
Ayahku adalah seorang pencandu rokok dan alkhohol berat. Sejak di PHK dua tahun yang lalu oleh perusahaan tempatnya berkerja. Awalnya Ayah masih mau berusaha, ia kesana kemari untuk mencari perkerjaan. Tapi mungkin karena tidak kunjung mendapat perkerjaan yang layak Ayahku jadi putus asa.  Dan jadi seperti sekarang ini. kini tinggallah Ibuku yang berkerja sebagai buruh cuci untuk menghidupiku dan Ayahku.
Jujur, aku sebenarnya tidak membenci Ayahku malah aku masih sangat menyanyaginya dan masih berharap perubahannya. Aku hanya marah padanya, marah karena dia tidak menjadi Ayahku yang dulu. Yang sabar, baik dan penyayang , aku marah pada Ayah karena sekarang dia pemarah, pemabuk dan perokok.
Karena perubahan sikap sabar menjadi pemarahnya itulah tindak kekerasan sering dilakukan oleh Ayahku. Terutama pada Ibuku, Ibuku setiap hari ditampar berkali-kali, dipukul dan tindak kekerasan lainnya. Kalau sudah bosan dengan Ibu, Ayah akan beralih padaku. Ibuku tidak terlalu marah saat Ayah memukul dan menamparnya. Tapi Ibu mulai memberontak saat aku juga menerima perlakuan yang sama. Ibuku mulai memberontak dan akhirnya mereka sering perang mulut.
Sudah terpikir dipikiranku untuk kabur saja dari Rumah. Tapi saat niat itu hampir terlaksana aku teringatpada Ibu. Kalau aku pergi maka Ibu akan sendirian menghadapi perlakuan Ayah. Padahal selama ini Ia bertahan alasannya Cuma satu. Yaitu aku anak gadisnya satu-satunya. Setiap hari Ibu mencuci puluhan ember pakaian sampai tangannya melepuh. Bertahan dari perlakuan keras Ayah. Semua itu Ibu lakukan hanya untukku mungkin kalau aku tidak ada dia lebih memilih untuk bunuh diri.
Miris sekali bukan kisahku tapi kuingatkan ya aku bukanlah yang paling menderita di Dunia ini. masih banyak kisah diluar sana yang akan membuat kalian lebih menepuk dada. Atau mungkin salah satu kisah itu adalah kisah kalian. Menurut kalian dalam keadaanku yang seperti itu apa yang kalian pikirkan tentangku. Anak yang kurang kasih sayang dan akhirnya sering keluar untuk menemukan jati dri. Dan akhirnya terjun ke dunia kenakalan remaja.
Kalian memang benar, aku kurang kasih sayang karena Cuma ada Ibu yang memberikanku itu. Ayolah,, kalian tau sendiri Ayahku menurut kalian bisakah Ayah seperti itu melengkapi kasih sayangku?. Tapi aku tidak pernah terjun ke yang namanya dunia kenakalan remaja. Keadaan ini malah menjadi kekuatan untukku. Kekuatan untuk berusaha membebaskan Ibuku dari penderitaan dan menyadarkan Ayahku tentang kesalahan. Keadaan ini yang memberitau ku bila aku menjadi remaja yang rusak aku akan malah menghancurkan hidupku yan sudah rapuh. Bukan itu saja aku akan menyia-nyiakan segalanya yang telah dilakukan Ibuku.
Yaa,,, Inilah yang ku sayangkan untuk remaja zaman sekarang. Yang dalam keadaan sama sepertiku. Atau malah dalam keadaan yang lebih berat atau lebih mudah atau malah yang tidak menghadapi masalah sama sekali . Mereka lebih memilih jurang hitam itu untuk tempat persembunyiaannya. Tempat yang mereka bilang bagian untuk menjadi jati diri. Mereka kan sudah tau kalau hal seperti narkoba, free sex dan alkhohol bisa menghancurkan masa depan mereka. heran deh kenapa mereka tetap melakukannya?. Mungkin karena adanya anggapan yang beredar diantara generasi muda. Kalau sudah mencoba narkoba itu “Keren” , kalau belum melakukan free sex itu “Cupu”. Kalau sudah minum alkhohol berarti dia sudah “Dewasa”. HAH!! Yang benar aja gitu hal yang malah merusak malah dibilang bagus. Apa mereka nggak pernah mikir ya? Oh,, mungkin otak mereka sudah digadaikan untuk membeli narkoba dan alkhohol. DASAR MEREKA BODOH YA!! HAHAHAHAHA!!!
Pagi ini aku sedang menyusuri trotar untuk berangkat ke Sekolahku. SMAN 88 , karena sebuah beasiswa akhirnya aku bisa bersekolah disini.
“Hai Mill, selamat pagi” salam Nia sahabatku yang melihatku memasuki ruang kelas X-4.
“Pagi Nia” balasku dengan senyuman.
Nia adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya. Dia sangat pengertian, penuh kasih sayang dan mengerti tentang kehidupanku. Karena aku juga tau hidupnya tidak mudah. Malah aku kira hidup Nia lebih menyakitkan. Keluarganya termasuk keluarga yang kaya raya Ayahnya pengusaha real estate dan Restoran yang sukses. Tapi karena sukses beliau sangat sibuk jarang memperhatikan keluarga. Saat umur Nia lima tahun Ibunya meninggal karena kecelakaan tragis, Nia harus melihat jasad Ibunya sendiri yang bersimbah darah. Karena saaat kecelakaan terjad Nia berada dalam mobil yang sama dengan Ibunya.
Coba bayangkan bagaiman kondisi psikisnya saat itu. Ditambah lagi Ayahnya yang tidak hadir disaat yang paling dibutuhkan. Ia hanya dirawat oleh baby sitter. Nia pun sempat kurang waras selama satu tahun. Namun ia bangkit dan kini menjadi sosok yang periang. Setiap orang diddekatnya pasti akan merasa sangat nyaman. Dengan wajah cantik dan senyum manisnya ta ada orang yang bosan tenggelam dalam sosok Nia. Coba lihat ia sekarang kalian tidak akan pernah menyangka dia pernah kurang waras selama satu tahun.
Kembali pada suasana pagi hari di Kelas. Sedang ayiknya ngobrol dengan Nia. Aku menangkap sebuah keganjilan pada kedua teman sekelasku Jason dan Gilang. Gilang memberikan dua bungkusan pada Jason dan Jason menukarnya dengan tiga lembar uang seratus ribu. Aku member isyarat pada Nia untuk berbalik dan Nia sempat menyaksikan kejadian itu.
“Ya  tuhan, apa tadi itu transaksi narkoba Mill?” Tanya Nia padaku.
Aku mengangkat bahu, “Mungkin aja, Ni. Tapi siapa yang tahu kalau belum diperiksa. Aku mengedipkan mata. Nia mengangguk lalu guru pun masuk pelajaran dimulai.
©©©
Jam istirahat tiba, kalau jam istirahat seperti kelasku menjadi sepi. Dan karena keadaan yang sepi inilah. Aku dan Nia menggeledah tas Jason dan Gilang. Astaga!! Hasilnya sangat mengejutkan selain dua bungkusan tadi aku juga menemukan tiga batang rokok di tas Jason. Dan di tas Gilang lebih banyak lagi barang terlarang itu ditemukan.
“Jason seorang pemakai narkoba” ucapku.
“Dan Gilang pengedarnya” timpal Nia.
“Dan kalian berhasil mengetahuinya” timpal seseorang lagi yang ada diambang pintu.
“Jason” ucapku setelah mengetahui suara siapa itu.
“Kalian sudah punya bukti,  kalian bisa melaporkanku pada Bk . tenang saja aku takkan menghalangi”
“Kenapa kamu melakukan ini?” Tanya Nia.
“Melakukan apa? Memakai Narkoba atau membiarkan kalian melapor?” jawab Jason malah balik bertanya
“Dua-duanya”
“Alasanku memakai narkoba kalian tidak akan mengerti. Ayolah,, kenapa kalian tidak cepat melaporkannya saja sih? Lebih cepat , lebih baik kan?” tantang Jason.
“Apa yang kamu cari? Pengakuan, persembunyian atau pelampiasan?” Jason terdiam dengan pertayaan Nia.
“Apa ada hubungannya denganmu? Ini adalah hidupku jangan suka ikut campur ya”
“Aku tidak ikut campur kamu yang membiarkan aku ikut campur”
Gigi Jason terdengar gemeletukkannya. “Akh,, sudahlah mau kalian laporkan mau tidak itu urusan kalian dah!!” ucap Jason melenggang pergi.
“Apa yang di cari Ni?” tanyaku pada Nia setelah Jason pergi.
“Ketiganya Mill, semuanya” jawab Nia memandangku.
©©©
Aku kembali menyusuri Trotoar di jam sepulang Sekolah. Di kepalaku terhimpun banyak tanda Tanya. Tentang alasan Jason mejadi pemakai dan Gilang yang sebagai pengedar muda. Juga alasan mereka dan masalah dalam hidup mereka apa lebih pelik dariku. Dan mengapa Nia tidak segera melaporkan mereka pada BK? Tanpa kusadari ternyata aku sudah melewati gang Rumahku. Sial!! Gara-gara Jason dan Gilang aku jadi kesasar. Tapi tidak sepenuhnya kesasar sih. Diujung jalan ini ada Gang kalau melalui beberapa gang kecil didalamnya. Aku akan sampai di Pasar tempat ibu biasanya berbelanja.
Saat tinggal satu Gang lagi aku melihat seorang cowok yang sepertinya aku kenal. Apalagi tas punggung coklatnya dan warna seragamnya sama denganku. Di Mulut Gang ia dicegat oleh tiga orang preman. Ya tuhan, air mata langsung menggenang di mataku.
“Ayah” hancur , lebur . entahlah, apalagi yang bisa kukatakan. Saat melihat wajah salah satu preman itu yang trnyata adalah Ayahku.
“Millia” ucap Ayah memandangku kaget.
“Ayah??” ulang kedua preman lainnya dan pemuda yang dipalak yang ternyata Jason.
“Ngapain kamu disini?” Tanya Ayahku berang sambil menghampiriku.
“Ayah” Air mataku akhirnya meleleh juga. Kulihat ayahku saat sekarang tak ada lagi yang tersisa. Sosok indahnya dulu kini telah diganti dengan wajah garang, jeans kumal dan kaos hitam lecek.
“Hey, malah nangis lagi sana pulang!!” perintah Ayahku. Tapi aku tetap terdiam sampai akhirnya. PLAKKK!!!  Pipiku memanas karena tamparan tangan besar Ayah mendarat di pipi kananku sampai aku terjatuh di tanah.
“Hey Pak!! Anda tidak harusnya begitu” teriak Jason membelaku.
“DIAM KAMU!! SEKARANG MANA UANGMU?” Teriak Ayah.
Jason melemparkan lima puluh ribu teman Ayah memungutnya lalu mereka pergi.
“Mill, kamu nggak apa-apa?” Tanya Jason membantuku berdiri
“Nggak apa-apa” jawabku. Jason membawaku duduk di Pos Ronda Gang itu.
“Kakimu luka, pipimu juga merah” ucap Jason membasahi sapu tangannya dan menempelkannya di pipiku.
“Ya,, tidak terlalu sakit juga kalau kamu sudah biasa” jawabku santai.
“Kamu sering begini?”
“Tidak juga, tidak mungkin tidak sering maksudku”
“Ya jelas sih, Ayahmu preman”
“Jujur, aku juga baru tau dia preman saat dia malak kamu tadi” timpalku. “Eh, Rumahmu kan bukan kearah sini Jas, kok kamu bisa lewat gang sih?”
“Aku Cuma mau keliling-keliling nggak jelas aja. Bosen di Rumah sepi”
Diam pun tercipta cukup lama diantara kami. Keadaan sangat hening, mentari terik  tanpa ampun. Daerah sekitar kami sangat sepi karena pintu Rumah-rumah ditutup rapat agar anak-anaknya tidak keluyuran.
“Hey kenapa sih kamu jadi pemakai narkoba?” Tanyaku membuat alis mata Jason terangkat. “Iya-iya aku tau ini hidupmu, tapi aku penasaran banget. Tapi kalau kau enggak mau beritau aku juga nggak apa-apa kok”
“Ketiganya Mill, semuanya adalah alasanku” jawab Jason memandang kedepan denga kosong.
“Maksudnya?”
“Pengakuan, persembunyian dan pelampiasan, Nia benar aku memang pengecut”
“Nia enggak berpikiran kalau kamu itu pengecut kok” hiburku.
“Tapi secara tindakan aku memang pengecut Mill, aku merasa aku ini enggak diakui dalam keluargaku. Sejak kedua kakakku berhasil menjadi Dokter dan Pengacara orang tua ku jadi sibuk membanggakan mereka. jadi mereka lupa kalau masih ada aku. Aku benci saat mereka mulai membanding-bandingkan aku. Mereka sama sekali enggak sadar dengan perasaanku rasanya aku ingin kabur dari Rumah”
Jason mengambil nafas untuk melanjutkan ceritanya, “Aku tau ini bukan jalan yang benar, aku tau yang kulakukan ini benar-benar salah. Tapi kadang kamu akan lebih suka berbuat kesalahan sebanyak-banyaknya. Dari pada menerima kenyataan kehidupan yang nggak kamu ingini. Kadang kamu ingin berlari walau sebenarnya kamu harus menghadapi”
“Tapi kalau kamu terus berlari kamu tidak akan pernah belajar untuk menghadapi. Kamu akan terbiasa untuk larut dalam masalah dan akhirnya menjadikan semuanya sebagai pertanyaan. Kamu akan terus berlari dan tidak akan pernah menemukan jawaban. Dan kalau kita terus berbuat salah kita tidak akan bisa merasakan kebenaran dan keadilan-Nya. Kita akan terus mengeluh dan tidak ada kebahagiaan kalau tidak ada rasa syukur”
Jason terdiam sepertinya perkataanku telah tepat sasaran, “Jadi,, bagaimana cara menghadapi semuanya?” Tanya Jason sambil mengalihkan pandangannya padaku.
“Hiduplah dengan rasa syukur di Dunia ini terlalu banyak yang bisa kita syukuri. Meski kamu tidak  mendapatkan hal yang kamu inginkan. Tapi memang kadang semua tidak bisa menjadi  yang seperti kita inginkan. Kita harus belajar menerima dan berusaha. Menerima dengan keadaan yang sekarang adanya dan berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Tabah dan bersyukur menurutku itu adalah hal yang paling mudah menciptakan kebahagiaan ”
“Apa begitu cara kamu menghadapi semuanya?”
“Katakan padaku kalau ada cara yang lebih baik” lalu kami pun saling melempar senyum.
©©©©
Esoknya entah apa yang terjadi aku, Jason dan Nia tiba-tiba menjadi sahabat yang telah bersahabat lama. Tiba-tiba saja keakraban itu muncul begitu saja atau memang beginilah cara persahabatan terbentuk. Tiba-tiba dan penuh dengan keajaiban.
“So,, gimana dengan Gilang?” Tanya Nia saat kami sedang makan di Kantin.
“Hmmm,,, kayaknya nggak bakalan gampang. Karena latar belakang Gilang jadi pengedar itu factor ekonomi” timpal Jason.
“Maksudnya?” aku meminta Jason memperjelas maksudnya.
“Aku pernah ke Rumah Gilang sekali, dia punya empat adik, Ibunya jadi TKW tapi udah dua tahun ini enggak ada kabar. Dia jadi pengedar narkoba untuk bantu ayahnya yang kebetulan kelilit utang sama Bandar narkobanya”
“Hah? Yang bener? Jadi,, kita harus lapor ke BK” usulku.
“Iya,, emang pihak Sekolah harus ikut campur sih” timpal Nia.
TEEEETTEEEETTT,,,,, sayang obrolan kami harus berakhir karena jam istirahat yang sudah habis. Dan kami pun kembali ke Kelas.
©©©©
Nia dan Jason berjalan menghampiriku di Halte Bus. Hari ini hari Minggu kami rencananya mau pergi ke Toko Buku.
“Ayo” ajak Jason, yaa.. walaupun janjiannya di Halte tapi bukan berarti kita mau naik bus. Cuma numpang tempat ketemu aja. Berangkatnya kami jalan kaki bareng.
“Eh,, itu bukannya Gilang ya?” Nia menghentikan langkahnya dan menunjuk seorang cowok dengan jaket dan celana jeans. Cowok itu sedang berdiri disisi gang bersama beberapa orang remaja. Ternyata dia sedang beraksi. Dan akhirnya kami mengikutinya.
“Sampai kapan kalian mau ngikutin aku terus” ternyata insting Gilang tajam juga kami ketahuan.
“Kalian itu suka banget ya ikut campur urusan orang” lanjutnya sambil berbalik.
“Lang,, dengerin gue..”
“Diem loe” Gilang memotong ucapan Jason, “Anak cemen kayak loe, enggak pantes buat nyeramahin gue. Baru dikasih kata-kata mutiara sama cewek aja udah berubah, banci loe”
“Justru kamu yang pengecut” timpal Nia berani.
“Apa loe bilang?” mata Gilang melotot.
“Kamu yang pengecut, orang yang nggak tau apa-apa tapi ngaku mengetahui segalanya bahkan dia menghina orang lain. Bukankah itu namanya pengecut dia bersembunyi dibalik kebohongannya “
“Jangan ceramah ya” Gilang menunjuk Nia dengan geram.
“Kamu nggak bisa nentuin cara seseorang menemukan jati dirinya, kamu nggak berhak menilai orang itu cemen atau banci karena dia tidak mengikuti caramu. Jangan jadi pengecut Lang, jangan terus bersembunyi. Kalau kamu tau ini salah kamu harus melakukan sesuatu untuk merubahnya”
“Kalian nggak ngerti beban gue”
“Gue ngerti Lang, gue tahu perjuangan loe demi bapak dan adik-adik loe. Tapi ini bukan cara yang baik selalu ada kesempatan untuk berubah” timpal Jason.
“Lalu kalau gue udah berubah apa yang terjadi? Apa perubahan bisa bayar utang bapakku? Apa perubahan bisa nyekolahin dan ngasih makan adik-adikku?” nada bicara Gilang semakin meninggi.
“Perubahan bisa membuat apa yang mereka dapatkan menjadi lebih halal. Apa kamu nggak sadar selama ini kamu memberi makan mereka dengan uang haram? Uang dari hasil mengurangi yawa orang lain”
“DIAM!!,, gue bener-bener nggak mau sarapan ceramahan untuk pagi ini”
Gilang pun berlalu kami tidak mengikutinya karena nampaknya ia benar-benar marah.

©©©©
“MILLIA,,, SINI KAMU!!!” teriak ayah memanggilku.
“Ada apa?” tanyaku mengampirinya.
Tanpa ba-bi-bu lagi ayah langsung menjambakku, “Akh, Ayah” pekikku kesakitan.
“Hey, kamu apakan anakku?” ibu langsung datang menghampiri mendengar pekikanku.
“DIAM KAMU!!” teriak ayah menampar ibu tapi ibu tetap berusaha melepaskan ayah dari rambutku.
PLAAKK!!! DUKKK!!!,, ayah menampar ibu lagi hingga ibu jatuh dan pingsan karena kepalanya terbentur.
“IBU!!!! LEPASKAN,, LEPAS” teriakku tapi ayah tetap menyeretku. Orang-orang sekiar yang melihatku tidak berani menolongku karena ayah juga membawa sebilah pisau yang hampir menempel di kulit leherku.
Beberapa menit kemudian ayah sampai kami disebuah Rumah. Astaga inikan,, rumah perjudian ucap hatiku ketakutan. Ayah membawaku masuk dan menghepaskanku dibawah kursi.
“INI TARUHANKU” teriaknya pada kelima kawannya yang duduk di meja judi.
“Berani juga kau Bud, petaruhkan anakmu sendiri. Bolehlah anakmu cantik juga ternyata” ujar salah satu kawanya diiringi tawa yang lain. Aku memberontak tapi ayah menamparku lalu menyeretku di kursi pojok ruangan. Dia melepas sabuknya lalu mengikatkanya di tanganku.
“Ya allah,, bantulah hambamu ini ya allah,, jangan biarkan hamba menjadi korban kerakusan ayah hamba. Tolong hambamu ini ya allah”ditengah doaku aku melihat seorang pemuda yang sepertinya kukenal.
“Gilang” seruku pelan nampaknya dia sedang menawarkan dagangannya disini. Mata kami bertemu, aku memandangnya dengan pandangan meminta tolong. Selama beberapa detik lalu dia memalingkan wajahnya Nampak tak acuh.
Aku mencoba melepaskan sabuk ayahku sia-sia ikatan kencang mustahil kulepaskan apalagi dengan keadaan aku yang terikat. Beberapa menit kemudian seorang pemuda menghampiriku bukan Gilang. Dia mengeluarkan sebuah pisau dari balik punggungnya tapi dia gunakkan pisau itu untuk melepas ikatan di tanganku. Sementara pemuda itu memotong sabuk ayahku aku melihat kearah menja judi ayahku. Disana ada Gilang, ternyata dia sedang meangalihkan perhatian mereka dengan menawarkan barang-barangnya. Setelah ikatannya lepas, aku langsung kabur lewat pintu belakang.
Aku berlari menuju ke Rumah teringat ibuku yang masih pingsan di Rumah. Tapi sial aku tertangkap ucap hatiku saat aku merasaka seseorang menarik tanganku. Hampir saja aku menamparnya sebelum aku tau itu Gilang.
“Hey ini aku” katanya saat tanganku tinggal 5 cm lagi.
“Gilang” panggilku lega sangking leganya aku memeluk Gilang sambil menangsis.
“Ini aku,, tenang mereka tidak mengejarmu mereka tidak tau kamu kabur. Temanku sudah bilang kalau kamu dipindah ke ruang lain” ucapnya menenangkan hatiku “Kamu aman sekarang”
“Aku harus pulang sekarang” ucapku melepaskan pelukanku.
“Hah, pulang? Rumah bukan tempat yang aman lagi buatmu. Bapakmu akan menjualmu lagi besok atau bisa saja kamu akan mati malam ini”
“Tapi ibuku di Rumah dia pingsan karena dipukul ayahku tadi. Aku harus membawanya pergi Gil”
Gilang mengangguk, kami berlari ke Rumahku tapi sampai di Rumah ibuku tidak ada. Aku mencarinya di Kamar, Di Kamar mandi tidak ada. Ternyata ibu ada di Rumah sakit, aku mengetahunya setelah membaca sms dari Nia.
“Ni,, gimana keadaan ibuku?” tanyaku panik begitu aku melihatnya didepan kamar di Rumah sakit.
“Dia sedang dirawat Mill, untung saja aku ke Rumahmu untuk mengembalikan buku. Kamu dari mana, Mill? Di Rumah kamu tidak ada aku khawatir” jawab Nia menenangkan hatiku juga bertanya
“Aku hampir dijual oleh ayahku, untung Gilang ada disana”
“Mill,, kamu enggak apa-apa? Bagaimana keadaan ibunya Ni?” Jason datang selesai mengurus adminitrasi.
Aku mengangguk menandakan pada Jason aku baik-baik saja. “Sekarang apa ceritamu?” Tanya Nia. Aku menceritakan pada Nia dan Jason tentang kejdian tadi.
“Astaga ini tidak bisa ditolerir ayahmu harus segera ditangkap Mill” timpal Nia.
“Iya Mill,, dia akan berbuat lebih buruk lagi padamu”
“Hey kalian,, sementara kalian bicara aku pergi ya” suara Gilang menyela.
“Gilang” panggilku.
“Apa?” tanyanya kembali berbalik.
“Terimakasih”
Gilang mengangguk, “Kalian benar, terutama kamu Ni, aku memang pengecut”
“Tidak tindakanmu hari ini membuktikan kamu bukan pengecut” jawab Nia.
“Seorang pegecut pasti tidak pernah mementingkan orang lain” timpal Jason.
“Setiap orang mempunyai permasalahannya sendiri, tidak ada yang mudah Lang, itu tergantung cara kita berpikir. Dan ketabahan kita” kami beriga pun tersenyum bersahabat pada Gilang.
Gilang tersenyum lalu pergi meninggalkan Rumah Sakit.
©©©©
Taukah kalian apa yang terjadi keesokkan harinya???
Hidup memang penuh keajaiban atau hidup itu adalah keajaiban itu sendiri. Mungkin yang kedua itu benar. Yang penting sekarang Jason tidak menjadi pecandu narkoba lagi. Karena hanya menjadi pemakai selama seminggu saja. hanya dengan terapi Jason mampu mengatasi ketergantungannya apalagi dengan tekad yang kuat.
 Gilang berhenti menjadi pengedar. Dia berkerja sama dengan pihak kepolisian untuk menangkap komplotan narkoba itu. Seminggu kemudian jaringan  narkoba mereka ditemukan dan para pelakunya mendapatkan hukuman yang sepantasnya. Ayah Gilang hanya mendapat hukuman dua tahun penjara karena dianggap berkerja sama. Karena itulah sekarang Gilang bercita-cita menjadi polisi dan focus belajar.
 Selepas dari Penjara ayah Gilang sudah mendapat perkerjaan yang layak karena hubungan Jason dan orang tuanya yang semakin membaik. Ibuku sekarang berkerja menjadi koki di salah satu cabang Restoran keluarga Nia. Ayahku sepertinya dia harus menghabiskan empat tahun masa hidupnya untuk merenung dalam Penjara. Walaupun orang tuaku dan Gilang menjadi bawahan orang tua Nia dan Jason mereka tidak pernah membedakan kami loh.
Karena kami sekarang sudah menjadi sahabat.
Ya,, semua jadi lebih baik sekarang. Hal ini membuatku sadar akan satu hal: semua kehidupan di Dunia ini melangkah dari titik ke titik. Titik-titik dimana semua perubahan bisa terjadi entah jadi lebih baik atau jadi lebih buruk. Tergantung pada usaha, keputusan, iman dan pola pikir kita. Jangan hanya diam pada satu titik, beranilah melangkah. Walau hanya langkah kecil asal itu langkah untuk menjadi lebih baik itu pasti akan sangat bermakna.
Dan jangan mengambil langkah yang menuju hal yang membuatmu lebih buruk. Coba bayangkan kalau Jason tetap jadi pemakai narkoba dan Gilang tetap menjadi pengedar mereka takkan bisa merasakan kebahagiaan seperti ini.
Mereka sama seperti KAMU,, takkan ada kebahagiaan yang datang kalau kamu berada di jalan yang salah…



Jumat, 17 Agustus 2012 0 komentar

si manusia kalong

kali ini bener-bener kayaknya aku emang punya kekuatan supranatural atau waktu bayi aku di anugerahi kekuatan sama penyihir..
semaleman mata ini engga bisa merem, jangankan pengen tidur ngantuk aja kagak kerasa

kebiasaan insomniaku ini emang udah mendarah daging dari Ayahku..
sang papa emang nggak bisa tidur kalo jam belum menunjukan jam 11 malem kecuali kalo lagi bener-bener capek

pernah suatu hari saat itu umurku 9 tahun,, aku nggak tidur semaleman
alhasil, bangku Sekolah pun jadi Kasur buat aku keesokkan harinya
dan sorenya mamaku langsung bawa aku ke Dokter
kata dokter mah ngga ada yang salah sama aku

apa mungkin sebenarnya aku ini manusia nokturnal??
sialan!! jangan-jangan aku ini kelelawar yang dikutuk jadi manusia lagi *mulai ngaco
 
 
;