Senin, 20 Agustus 2012

RAMADHANKU BERSAMA IBUK


Matahari sepertinya sedang tidak punya ampun hari ini begitu menyengatnya ia menyinari bumi ini. menyelekit ke setiap sel kulit manusia mendidihkan ubun-ubun. Tapi kita harus pintar-pintar mengendalikan emosi kita di hari yang panas ini. pasalnya sekarang sudah memasuki hari ke 29 Ramadhan. Di sebuah Pasar yang penuh hilir mudiknya orang-orang, berseliweran dengan tujuan mereka masing-masing. Ibu-ibu bersama anak gadisnya begitu kerepotan membawa bawaan mereka. sehingga seorang kuli angkut dipanggilnya untuk membawa borongan mereka yang sampai berkarung itu.

Aku menghela nafas panjang dengan peluh yang bercucuran lancar dari tubuhku. Merasakan sensasi keringnya tenggorokan ini dan menyiksanya panas matahari siang. Ya allah, kuatkanlah hamba ya allah., doaku dalam hati. Seorang ibu lain menuruni tangga dengan belanjaan yang cukup banyak. Aku langsung menghampirinya.

“Ibu, mau tas kresek supaya gampang bawah belanjaannya” aku menawarkan sambil menyodorkan tumpukkan kresek hitam dengan tanganku.

Ibu yang berjilbab itupun tersenyum lalu menyutujui untuk membayar 3 ribu rupiah untuk 3 kantong kresek.

“Alhamdulillah” ucapku penuh rasa syukur saat aku menerima uang itu. “Sebentar lagi”

Aku hampiri lagi ibu-ibu yang hendak dan setelah berbelanja. Beberapa orang mau membeli kantong kresekku ada juga orang-orang yang menolak membelinya. Apapun yang terjadi inilah rezeki dari Allah. Aku harus mensyukurinya.

Berdiri aku mematung didepan sebuah toko, Toko itu memajang sebuah baju muslim berwarna hijau yang sangat bagus. Baju itulah adalah tujuan utamaku saat ini, setelah uang ini terkumpul akan kubelikan baju itu. aku akan berlari ke Rumah sambil membawa baju muslim hijau itu. lalu memberikannya ke Ibuk, aku yakin Ibuk akan terlihat sangat cantik memakai baju muslim itu.

“Adek, beli kantong kreseknya” ucap seorang Mbak-mbak menyentuh bahuku.

“Oh iya mbak,” aku tersadar dari renunganku.

“Berapa adek?”

“Lima ratus mbak,”  jawabku. Mbak itu mengambil lima lembar kantong kresek tapi membayarnya dengan uang 20 ribuan.

“Wah,, kembaliannya susah mbak”

“Buat kamu sajalah” ucapnya. “Adek, enggak capek?” Tanya mbak itu kemudian.

“Capek mbak tapi saya harus tetap kerja” sepertinya mbak itu ingin mendengar banyak hal dari aku hingga dia mengajakku duduk beristirahat. Karena dia sudah memberiku rezeki lebih akupun menurutinya.

Mbak itu bertanya padaku tentang kehidupan yang aku jalani. Aku pun bercerita padanya bagaimana setiap pagi aku harus membantu Ibuk membersihkan Ladang milik orang lain. Siangnya kadang aku membantu Ibuk mengupas bawang kalau tidak yang ke pasar jualan kresek. Bagaimana setiap malam aku harus belajar dengan lampu minyak karena Ibuk tidak punya cukup uang untuk memasang dan membayar listrik. Bagaimana menyiksanya diserbu nyamuk tiap tidur. Aku juga menceritakan pada mbak itu tentang keinginanku untuk membelikan Ibuk baju muslim berwarna hijau yang kulihat di Toko tadi.

“Wah,, kamu sangat hebat dek” puji mbak itu. “Ibu kamu pasti bangga padamu, mbak yakin itu”

“Terimakasih, Mbak” ucapku malu-malu.

“Namamu siapa?” Tanya mbak itu.

“Nama saya Jaka Mbak” jawabku.

“Umurnya berapa?”

“10 Tahun, Mbak”

Mbak itu mengangguk sambil mengulang namaku lirih, “Nama saya Tina, senang bisa ngobrol sama Dek Jaka”

Aku mengangguk, “Ya sudah ya mbak, saya harus kembali kerja lagi” pamitku.

“Tunggu Dek Jaka!!” panggil Mbak Tina lagi membuatku kembali menoleh ke belakang. Mbak Tina bangkit dari duduknya lalu menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan untukku.

“Untuk baju muslim Ibu” ucapnya seraya tersenyum manis. Aku memandangnya tak percaya. Di zaman serba modern ini, yang manusinya semakin bertambah egoisnya masih ada orang sebaik Mbak Tina. Aku sempat menolak pemberiannya namun dia hanya berkata:

“Kamu lebih butuh dari saya, cepat belikkan Ibumu baju muslim itu. cepat pulang ke Rumah dan berikan baju muslim itu”

Tentu saja aku segera melaksanakan ucapan Mbak Tina. Sestel baju Muslim berwarna hijau cerah, walaupun tidak terlalu banyak hiasan disana-sininya seperti milik Syahrini atau Ashyanti yang selalu sibuk berlomba untuk menjadi trend. Tapi aku yakin Ibuk akan sangat cantik memakai baju muslim ini.

“Ibuk!! Jaka pulang!! Ibuk!!” teriakku penuh semangat.

“Jaka, ada apa kamu? eh, apa itu Jaka?” Tanya Ibuk melihat tas kresek putih yang kutenteng.
 Aku mengajak Ibuk masuk ke Rumah dan memperlihatkan padanya baju muslim itu.

“Dapat dari mana kamu Jaka? Jaka kamu tidak mencuri kan? Jaka sekalipun kitaoran miskin tapi jangan sampai kita mencuri”

“Ibuk,, Jaka tidak mencuri tadi ada orang yang sangat baik yang member Jaka uang, Buk. Namanya Mbak Tina orangnya baik”

“Ya Allah, Alhamdulillah Ya Allah” ucap Ibuk penuh syukur. Aku meminta ibuk untuk mencoba baju muslim itu. benar kan Ibukku tampak cantik sekali walaupun saat itu wajahnya sedang lusuh dan rambutnya berantakan. Dialah wanita paling cantik di hidupku.

©©©

Gema takbir menyeruak merambat melewati udara. Aku dan Ibuk ikut menggemakannya juga walau di Rumah.

 ©©©

Hari ini adalah hari Raya Idul Fitri, hari dimana tidak ada pintu maaf yang tertutup. Ibuk dengan baju muslim hijaunya berpadu dengan kerudung putih. Wajahnya Nampak berseri dan mendamaikan bagai hatiku. Senyumnya sangat lembut menyambutku kala membangunkanku untuk sholat IED.

Setelah sholat IED kami berkunjung ke Rumah-Rumah tetangga. Saling berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Ya Allah, pasti indahnya dunia ini andainya setiap harinya adalah hari Raya Idul Fitri. Tidak ada iri, dengki, kejahatan, dan kebohongan yang ada hanyalah keramah tamahan dan kerukunan. Andainya semua hari bisa jadi hari Idul Fitri. Andainya…

Malam menjelang entah rasanya begitu cepat bagiku, Ibuk menyiapkan opor ayam untuk makan malam. Iya, Alhamdulillah rezekiku dari Allah yang disalurkan dari Mbak Tina masih sisa jadi Lebaran ini kami bisa makan enak. Setelah makan kami Sholat Isyak berjamaah lalu kami tadarusan. Hingga kantuk menjelang kami pun berbaring di tempat tidur.

©©©

Krekk,, kreekk suara itu sungguh menganggu pendengaranku membuatku terbangun dari tidurku. Disampingku Ibuk tertidur dengan lelapnya, melihat wajahnya yang tengah tertidur sangat mendamaikan. Bagiku tidak ada lagi yang lebih penting kecuali kebahagiaan Ibuk. Suara itu masih terdengar. Aku penasaran akhirnya dengan hati-hati aku keluar dari Kamar dan menuju Belakang Rumah arah dari suara itu.

Suara  itu semakin lama semakin keras hingga aku melihat seseorang yang tengah mencoba membuka pintu belakang Rumahku. Aku hampir berteriak namun terlambat seseorang telah membekap mulutku terlebih dulu. Aku meronta tapi ada orang lain yang memegang tangan dan kakiku. Aku merasakan pusing di kepalaku lalu setelah itu entahlah semua jadi gelap.

©©©
Bagus Tina, dia sangat cocok” sayup-sayup aku mendengar suara berat seorang lelaki. Perlahan aku membuka mataku. Aku terbaring disebuah meja besi yang sudah karatan, kepalaku sakit, namun aku tidak bisa merasakan bagian tubuhku yang lain.

Mbak Tina!! Pekik hatiku saat aku melihat Mbak Tina tersenyum jahat padaku. Seorang lelaki disebelahnya membalas senyumnya juga.

“Ayo, kita mulai operasinya” ucap lelaki itu.

“Ya,, jantung dan ginjal anak ini pasti sangat mahal” ucap Mbak Tina sambil mengayunkan pisau operasi. Kemudian aku merasakan rasa sakit didadaku seperti ada yang menggoresnya.

Oh ya Allah, bila ini cara yang Engkau kehendaki untukku kembali padamu, hamba ikhlas ya Allah. Namun ya Allah jangan biarkan orang-orang ini melakukan dosa dengan bagian tubuh hamba. Ya Allah, tolonglah hambamu”

Perlahan aku merasakan tanganku bisa digerakkan dan seperti ada kekuatan tumbuh dalam diriku. Aku memberontak aku mendorong lelaki itu hingga menimpa Mbak Tina. Aku cepat pergi dari Ruangan gelap itu. syukurlah, aku tidak perlu waktu lama untuk menemukan jalan keluar.

Berlari aku dengan sekuat tenaga walau semakin kencang aku berlari semakin sakit yang kurasakan di dadaku. Namun aku harus berlari karena lelaki itu dan Mbak Tina tengah mengejarku. Malam seperti ini susah menemukan tempat yang ramai sekalipun di Jalan Raya. aku harus berlari!! Aku harus ke Kantor Polisi sekarang!!

Kususuri Trotoar jalan raya hingga aku menemukan sebuah papan berwarna kuning bertuliskan Polisi yang berwarna hitam. Didepan Kantor Polisi itu ada Ibuk yang tengah menangis dihadapan Pak Polisi. Lelaki dan Mbak Tina masih mengejarku mereka bertambah dekat.

“IBUK!!” aku berteriak lalu segera aku menyebrang menuju Kantor Polisi itu. namun….

©©©

Di pagi hari setelah hari Idul Fitri ada sebuah bendera kuning terpasan didepan pintu Rumahku. Air mata Ibuk jatuh ke wajahku yang berwarna pucat dan dingin.

“Jaka! Jaka anakku” panggilnya senduh.

Malam itu aku tidak pernah mengira bukanlah sindikat penjualan organ tubuh manusia illegal yang mengakhiri hidupku. Tapi sebuah Bus yang dikendarai oleh supir mabuk. Aku sangat sedih melihat air mata Ibuk. Namun apa daya tanganku tak bisa menyentuhnya lagi, suaraku takkan terdengar lagi olehnya.

“Ibuk, Jaka sayang Ibuk” bisikku padanya namun Ibuk tidak peduli dan terus menangisi jasadku.

“Jaka!! Siapkah kamu?” ucap seorang lelaki berwajah tampan berbaju putih yang berdiri disampingku.

“Apa Ibuk akan baik-baik saja selama saya pergi?” tanyaku.

“Dia pasti baik-baik saja Jaka, ada yang selalu melindunginya yaitu Allah” jawab lelaki tampan itu.

“Kalau Allah yang menjaga Ibuk, Jaka percaya Ibuk akan baik-baik saja” timpalku.

Lelaki itu tersenyum, “Jaka tidak usah sedih, Jaka adalah golongan orang-orang yang beruntung”
“Jaka tidak sedih, asal Jaka tau Ibuk akan baik-baik saja Jaka tidak apa-apa. jaka tidak menyesal karena inilah takdir dari Allah”

Lelaki itu kembali tersenyum lalu memegang tanganku. Tubuhku terasa sangat ringan, terbang ke udara. Bersatu dengan cahaya putih.

Aku tidak pernah menyesal walaupun hidupku singkat. Karena dalam hidupku yang singkat aku menghabiskannya bersama seseorang yang paling kusayang dan paling berjasa di hidupku. Ibuku…


0 komentar:

Posting Komentar

 
;