Matahari sepertinya
sedang tidak punya ampun hari ini begitu menyengatnya ia menyinari bumi ini.
menyelekit ke setiap sel kulit manusia mendidihkan ubun-ubun. Tapi kita harus
pintar-pintar mengendalikan emosi kita di hari yang panas ini. pasalnya sekarang
sudah memasuki hari ke 29 Ramadhan. Di sebuah Pasar yang penuh hilir mudiknya
orang-orang, berseliweran dengan tujuan mereka masing-masing. Ibu-ibu bersama
anak gadisnya begitu kerepotan membawa bawaan mereka. sehingga seorang kuli
angkut dipanggilnya untuk membawa borongan mereka yang sampai berkarung itu.
Aku menghela nafas
panjang dengan peluh yang bercucuran lancar dari tubuhku. Merasakan sensasi
keringnya tenggorokan ini dan menyiksanya panas matahari siang. Ya allah, kuatkanlah
hamba ya allah., doaku dalam hati. Seorang ibu lain menuruni tangga dengan
belanjaan yang cukup banyak. Aku langsung menghampirinya.
“Ibu, mau tas kresek
supaya gampang bawah belanjaannya” aku menawarkan sambil menyodorkan tumpukkan
kresek hitam dengan tanganku.
Ibu yang berjilbab
itupun tersenyum lalu menyutujui untuk membayar 3 ribu rupiah untuk 3 kantong
kresek.
“Alhamdulillah” ucapku
penuh rasa syukur saat aku menerima uang itu. “Sebentar lagi”
Aku hampiri lagi
ibu-ibu yang hendak dan setelah berbelanja. Beberapa orang mau membeli kantong
kresekku ada juga orang-orang yang menolak membelinya. Apapun yang terjadi
inilah rezeki dari Allah. Aku harus mensyukurinya.
Berdiri aku mematung
didepan sebuah toko, Toko itu memajang sebuah baju muslim berwarna hijau yang
sangat bagus. Baju itulah adalah tujuan utamaku saat ini, setelah uang ini
terkumpul akan kubelikan baju itu. aku akan berlari ke Rumah sambil membawa
baju muslim hijau itu. lalu memberikannya ke Ibuk, aku yakin Ibuk akan terlihat
sangat cantik memakai baju muslim itu.
“Adek, beli kantong
kreseknya” ucap seorang Mbak-mbak menyentuh bahuku.
“Oh iya mbak,” aku
tersadar dari renunganku.
“Berapa adek?”
“Lima ratus mbak,” jawabku. Mbak itu mengambil lima lembar
kantong kresek tapi membayarnya dengan uang 20 ribuan.
“Wah,, kembaliannya
susah mbak”
“Buat kamu sajalah”
ucapnya. “Adek, enggak capek?” Tanya mbak itu kemudian.
“Capek mbak tapi saya
harus tetap kerja” sepertinya mbak itu ingin mendengar banyak hal dari aku
hingga dia mengajakku duduk beristirahat. Karena dia sudah memberiku rezeki
lebih akupun menurutinya.
Mbak itu bertanya
padaku tentang kehidupan yang aku jalani. Aku pun bercerita padanya bagaimana
setiap pagi aku harus membantu Ibuk membersihkan Ladang milik orang lain.
Siangnya kadang aku membantu Ibuk mengupas bawang kalau tidak yang ke pasar
jualan kresek. Bagaimana setiap malam aku harus belajar dengan lampu minyak
karena Ibuk tidak punya cukup uang untuk memasang dan membayar listrik.
Bagaimana menyiksanya diserbu nyamuk tiap tidur. Aku juga menceritakan pada
mbak itu tentang keinginanku untuk membelikan Ibuk baju muslim berwarna hijau
yang kulihat di Toko tadi.
“Wah,, kamu sangat
hebat dek” puji mbak itu. “Ibu kamu pasti bangga padamu, mbak yakin itu”
“Terimakasih, Mbak”
ucapku malu-malu.
“Namamu siapa?” Tanya
mbak itu.
“Nama saya Jaka Mbak”
jawabku.
“Umurnya berapa?”
“10 Tahun, Mbak”
Mbak itu mengangguk
sambil mengulang namaku lirih, “Nama saya Tina, senang bisa ngobrol sama Dek
Jaka”
Aku mengangguk, “Ya
sudah ya mbak, saya harus kembali kerja lagi” pamitku.
“Tunggu Dek Jaka!!”
panggil Mbak Tina lagi membuatku kembali menoleh ke belakang. Mbak Tina bangkit
dari duduknya lalu menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan untukku.
“Untuk baju muslim Ibu”
ucapnya seraya tersenyum manis. Aku memandangnya tak percaya. Di zaman serba
modern ini, yang manusinya semakin bertambah egoisnya masih ada orang sebaik
Mbak Tina. Aku sempat menolak pemberiannya namun dia hanya berkata:
“Kamu lebih butuh dari
saya, cepat belikkan Ibumu baju muslim itu. cepat pulang ke Rumah dan berikan
baju muslim itu”
Tentu saja aku segera
melaksanakan ucapan Mbak Tina. Sestel baju Muslim berwarna hijau cerah,
walaupun tidak terlalu banyak hiasan disana-sininya seperti milik Syahrini atau
Ashyanti yang selalu sibuk berlomba untuk menjadi trend. Tapi aku yakin Ibuk
akan sangat cantik memakai baju muslim ini.
“Ibuk!! Jaka pulang!! Ibuk!!”
teriakku penuh semangat.
“Jaka, ada apa kamu?
eh, apa itu Jaka?” Tanya Ibuk melihat tas kresek putih yang kutenteng.
Aku mengajak Ibuk masuk
ke Rumah dan memperlihatkan padanya baju muslim itu.
“Dapat dari mana kamu
Jaka? Jaka kamu tidak mencuri kan? Jaka sekalipun kitaoran miskin tapi jangan
sampai kita mencuri”
“Ibuk,, Jaka tidak
mencuri tadi ada orang yang sangat baik yang member Jaka uang, Buk. Namanya
Mbak Tina orangnya baik”
“Ya Allah,
Alhamdulillah Ya Allah” ucap Ibuk penuh syukur. Aku meminta ibuk untuk mencoba
baju muslim itu. benar kan Ibukku tampak cantik sekali walaupun saat itu
wajahnya sedang lusuh dan rambutnya berantakan. Dialah wanita paling cantik di
hidupku.
©©©
Gema takbir menyeruak
merambat melewati udara. Aku dan Ibuk ikut menggemakannya juga walau di Rumah.
©©©
Hari ini adalah hari
Raya Idul Fitri, hari dimana tidak ada pintu maaf yang tertutup. Ibuk dengan
baju muslim hijaunya berpadu dengan kerudung putih. Wajahnya Nampak berseri dan
mendamaikan bagai hatiku. Senyumnya sangat lembut menyambutku kala
membangunkanku untuk sholat IED.
Setelah sholat IED kami
berkunjung ke Rumah-Rumah tetangga. Saling berjabat tangan dan bermaaf-maafan.
Ya Allah, pasti indahnya dunia ini andainya setiap harinya adalah hari Raya
Idul Fitri. Tidak ada iri, dengki, kejahatan, dan kebohongan yang ada hanyalah
keramah tamahan dan kerukunan. Andainya semua hari bisa jadi hari Idul Fitri. Andainya…
Malam menjelang entah
rasanya begitu cepat bagiku, Ibuk menyiapkan opor ayam untuk makan malam. Iya,
Alhamdulillah rezekiku dari Allah yang disalurkan dari Mbak Tina masih sisa
jadi Lebaran ini kami bisa makan enak. Setelah makan kami Sholat Isyak
berjamaah lalu kami tadarusan. Hingga kantuk menjelang kami pun berbaring di
tempat tidur.
©©©
Krekk,, kreekk suara
itu sungguh menganggu pendengaranku membuatku terbangun dari tidurku.
Disampingku Ibuk tertidur dengan lelapnya, melihat wajahnya yang tengah
tertidur sangat mendamaikan. Bagiku tidak ada lagi yang lebih penting kecuali
kebahagiaan Ibuk. Suara itu masih terdengar. Aku penasaran akhirnya dengan
hati-hati aku keluar dari Kamar dan menuju Belakang Rumah arah dari suara itu.
Suara itu semakin lama semakin keras hingga aku
melihat seseorang yang tengah mencoba membuka pintu belakang Rumahku. Aku
hampir berteriak namun terlambat seseorang telah membekap mulutku terlebih
dulu. Aku meronta tapi ada orang lain yang memegang tangan dan kakiku. Aku merasakan
pusing di kepalaku lalu setelah itu entahlah semua jadi gelap.
©©©
“
Bagus Tina, dia sangat
cocok” sayup-sayup aku mendengar suara berat seorang lelaki. Perlahan aku
membuka mataku. Aku terbaring disebuah meja besi yang sudah karatan, kepalaku
sakit, namun aku tidak bisa merasakan bagian tubuhku yang lain.
Mbak Tina!! Pekik
hatiku saat aku melihat Mbak Tina tersenyum jahat padaku. Seorang lelaki
disebelahnya membalas senyumnya juga.
“Ayo, kita mulai
operasinya” ucap lelaki itu.
“Ya,, jantung dan ginjal
anak ini pasti sangat mahal” ucap Mbak Tina sambil mengayunkan pisau operasi. Kemudian
aku merasakan rasa sakit didadaku seperti ada yang menggoresnya.
Oh ya Allah, bila ini
cara yang Engkau kehendaki untukku kembali padamu, hamba ikhlas ya Allah. Namun
ya Allah jangan biarkan orang-orang ini melakukan dosa dengan bagian tubuh
hamba. Ya Allah, tolonglah hambamu”
Perlahan aku merasakan
tanganku bisa digerakkan dan seperti ada kekuatan tumbuh dalam diriku. Aku
memberontak aku mendorong lelaki itu hingga menimpa Mbak Tina. Aku cepat pergi
dari Ruangan gelap itu. syukurlah, aku tidak perlu waktu lama untuk menemukan
jalan keluar.
Berlari aku dengan
sekuat tenaga walau semakin kencang aku berlari semakin sakit yang kurasakan di
dadaku. Namun aku harus berlari karena lelaki itu dan Mbak Tina tengah
mengejarku. Malam seperti ini susah menemukan tempat yang ramai sekalipun di
Jalan Raya. aku harus berlari!! Aku harus ke Kantor Polisi sekarang!!
Kususuri Trotoar jalan
raya hingga aku menemukan sebuah papan berwarna kuning bertuliskan Polisi yang berwarna
hitam. Didepan Kantor Polisi itu ada Ibuk yang tengah menangis dihadapan Pak
Polisi. Lelaki dan Mbak Tina masih mengejarku mereka bertambah dekat.
“IBUK!!” aku berteriak
lalu segera aku menyebrang menuju Kantor Polisi itu. namun….
©©©
Di pagi hari setelah
hari Idul Fitri ada sebuah bendera kuning terpasan didepan pintu Rumahku. Air mata
Ibuk jatuh ke wajahku yang berwarna pucat dan dingin.
“Jaka! Jaka anakku”
panggilnya senduh.
Malam itu aku tidak
pernah mengira bukanlah sindikat penjualan organ tubuh manusia illegal yang
mengakhiri hidupku. Tapi sebuah Bus yang dikendarai oleh supir mabuk. Aku
sangat sedih melihat air mata Ibuk. Namun apa daya tanganku tak bisa
menyentuhnya lagi, suaraku takkan terdengar lagi olehnya.
“Ibuk, Jaka sayang Ibuk”
bisikku padanya namun Ibuk tidak peduli dan terus menangisi jasadku.
“Jaka!! Siapkah kamu?”
ucap seorang lelaki berwajah tampan berbaju putih yang berdiri disampingku.
“Apa Ibuk akan
baik-baik saja selama saya pergi?” tanyaku.
“Dia pasti baik-baik
saja Jaka, ada yang selalu melindunginya yaitu Allah” jawab lelaki tampan itu.
“Kalau Allah yang
menjaga Ibuk, Jaka percaya Ibuk akan baik-baik saja” timpalku.
Lelaki itu tersenyum,
“Jaka tidak usah sedih, Jaka adalah golongan orang-orang yang beruntung”
“Jaka tidak sedih, asal
Jaka tau Ibuk akan baik-baik saja Jaka tidak apa-apa. jaka tidak menyesal
karena inilah takdir dari Allah”
Lelaki itu kembali
tersenyum lalu memegang tanganku. Tubuhku terasa sangat ringan, terbang ke udara.
Bersatu dengan cahaya putih.
Aku tidak pernah
menyesal walaupun hidupku singkat. Karena dalam hidupku yang singkat aku
menghabiskannya bersama seseorang yang paling kusayang dan paling berjasa di
hidupku. Ibuku…
0 komentar:
Posting Komentar