Kamis, 23 Agustus 2012

CERITA MIMPI KITA


Aku tidak tau,, sejak kapan jantungku ini berdetak sangat cepat. Mengirimkan adrenalin ke setiap nadiku. Aku tidak tau,, mengapa emosi ini begitu bisa meluap-luap? Menyiapkan energy yang sangat besar yang bersiap meledakkanku bila tidak aku lampiaskan.

Nada yang dinamis tercipta dari tarianku jari-jariku diatas tuts putih dan hitam yang berjajar. Nadanya begitu penuh kemarahan saat aku mainkan . Cara menyanyiku pun seperti orang hard core dengan lirik penuh dengan rasa ingin melampiaskan, berteriak-teriak aku seperti orang dalam penjara yang tidak dibebaskan selama 100 tahun. Menyisakan rasa panas diujung jariku dan mengakibatkan lega hatiku.
Plok,, plok,, plok suara tepuk tangan itu menyambut berakhirnya laguku. Tidak begitu meriah karena tepukan itu bukan berasal dari beratus orang didalam Ballroom megah. Hanya seorang yang diambang pintu tapi itu terasa lebih berarti bagiku daripada beratus orang di Ballroom. Lagipula mana ada orang yang mau memberikan tepukan angannya untuk lagu hancurku barusan kecuali dia. Dia berjalan mendekatiku, menghentikan langkahnya disamping piano.

 “Sejak kapan ruang seni music Sekolah jadi ruang pribadimu?” tanyanya sambil nyengir.

“Biar saja!! aku sedang sebal” ucapku dengan nafas tersengal. “Tapi sekarang sudah cukup lega” lanjutku.

“Piano emang bagaikan tongkat bisbol ya bagimu. Bisa kamu gunakan untuk melampiaskan perasaan”candanya kriuk. “Emang kamu masih sebal karena masalah yang sama seperti saat kamu kabur ke menara penyimpanan air dua hari yang lalu dengan gitar?” lanjutnya bertanya.


“Kamu tau kan?? Betapa kepala batunya orang tuaku. Aku tau mereka dokter, mereka dokter yang sangat hebat. Tapi aku suka music, aku suka dengan music aku ingin bermain music” jawabku.

“Kalau kamu memang benar ingin jadi musisi, buktikan ke mereka keseriusanmu jangan kabur-kaburan terus. Udah yuk!! Kita harus pulang sebelum satu kompleks rusuh nyariin kamu” ajaknya dan aku mengangguk menyetujuinya.

Beberapa saat kemudian kami sudah berada di jalan depan tembok belakang Sekolah.

“Aku enggak ngerti deh, kenapa kamu milih kabur ke Sekolah. Emang nggak susah apa manjatnya?” tanyanya sedikit tersengal. Aku hanya nyengir.

Aku juga tidak tau mengapa kamu selalu bisa menemukan aku, Andi ucap hatiku. Andi sahabatku yang tengah berjalan bersanding denganku ini. mungkin dialah satu-satunya orang yang paling mengerti aku. Aku juga tidak tau mengapa dia bisa begitu memahami aku. Seakan dia bisa membaca pikiranku aku tidak bisa menyembunyikan apapun darinya. Saat aku sedang marah, sebal, gusar, sedih, bête Andi selalu menjadi orang pertama yang bisa membuatku tersenyum. Saat aku sedang menjalankan hobyku saat marah yaitu kabur dari Rumah, Andi selalu menjadi orang yang pertama menemukanku. Aku tidak perlu takut tersesat atau kehilangan arah karena Andi akan selalu menemukanku.

Jingga menjadi warna langit, semburat emas tipis semakin menebal kearah barat seakan menjadi ucapan sampai jumpa dari sang mentari. Langkahku tiba-tiba saja kuhentikan , jalan dibelakang Sekolah ini begitu sepi. Jarang ada orang yang lewat sini apalagi di senja seperti ini hanya ada aku dan Andi di jalan itu. aku merasakan pipiku menghangat dan basah sebuah cairan meluncur dengan lancarnya menuruni pipiku.

“Semua akan baik-baik saja” hibur Andi yang menyadari aku menangis.

“Baik-baik saja apanya?” semburku. “Mereka itu kepala batu Andi!! Mereka tidak akan mendengarkan aku. UASBN tinggal beberapa bulan lagi setelah nilainya keluar mereka akan langsung mengirimku ke falkultas kedokteran”

“Kamu tau kenapa masih banyak orang miskin di Indonesia?” tanyanya jelas tidak nyambung dengan topic yang dibicarakan sekarang. Tapi aku menggeleng tanda tidak tau. “Karena saat mereka muda, mereka tidak mempunyai mimpi. Mereka tidak berani membuat tujuan mereka, tidak berani membuat keputusan untuk diri mereka sendiri. Mereka lebih suka takdir atau malah orang lain yang memutuskan hidup mereka. kamu tau mengapa mereka tidak bermimpi?? Karena mereka tidak berani, mereka merasa lemah dan tidak punya kekuatan. Karena mengubah mimpi menjadi kenyataan itu sulit dan kadang menyakitkan. Dan melihat pribadi bangsa Indonesia kebanyakan, banyak yang tidak sanggup” Andi meletakkan tangannya yang hangat dan besar ke bahuku. Seketika aku merasa sangat aman.
“Aku mengenalmu, kita sahabat dari kecil. Aku mengenalmu Sarah, aku tau kamu sanggup, aku tau kamu berani, kamu kuat, kamu punya kekuatan. Yang kamu perlukan adalah percaya dan mulai memutuskan sesuatu untukmu sendiri. Ini hidupmu Sarah, dan mereka orang tuamu mereka tidak harusnya menghalangi mimpimu. Buat mereka mengerti Sarah, buat mereka memahamimu”

Aku masih terisak, “Apa aku bisa?” tanyaku.

“Apa itu pertanyaan retoris? Jelas kamu bisa, kamu Sarah” jawabnya menyalurkan semangat untukku. “Sekarang berhenti menangis!” ucapnya mengusap air mataku. “Kamu itu udah jelek kalau nangis tambah jelek taukk” lanjutnya membuatku menghadiahkan jitakan pelan ke kepalanya. Tapi dia malah tersenyum.

©©©

Sial!! Mengapa juga aku jadi anggota OSIS?? Gerutuku sepanjang rapat OSIS yang tidak ada akhirnya ini. aku paling males kalau ada rapat OSIS, sebenarnya aku senang-senang saja rapat kalau saja akhirnya tidak menjadi debat berkepanjangan seperti ini. untungnya ada Andi, selama semua masih debat tidak jelas. Aku dan Andi cekikikan berdua.

“Hehehe,, ngawur kamu!!” ucapku saat dia menirukan gaya Billy ketua OSISku. Mulutnya dibuat maju dan dadanya dibusungkan. Tulang igaku sampai nyeri menahan tawa.

“Udah mirip belum?” tanyanya masih dalam keadaan bibirnya maju.

“Yee,, Billy nggak gitu juga kali” desisku pelan.

“Ahh, capek” ucap Andi berhenti menirukan Billy.”Cabut aja yuk!!” ajak Andi.

“Jangan!! Kalau kita ketahuan cabut sama bu Samira nilai kita bisa dikurangi. UASBN tinggal tiga bulan lagi mau kamu enggak ikut UASBN gara-gara nilaimu kurang”

“Harusnya kamu nyari akal dong, gimana caranya kita kabur tanpa ketahuan?. Dalam hal kabur-kaburan kamu kan berpengalaman”

“Sialan!!” ucapku mengacak-acak rambut Andi.

“Udah yuk!! Kabur aja bisa muntah beneran nih aku lama-lama disini denger debat enggak jelas Billy sama Nesti” desak Andi.

“Ya aku sih ayuk aja asal enggak ketahuan, tapi kemana biar nggak ketahuan??”

“Pokoknya kamu cari cara supaya kita bisa keluar dari sini. Soal kemana aku yang urus”
Aku pun menyetujuinya, aku meninggikan leherku melihat Billy dan Nesti waketos 1 masih sibuk mengeluarkan argumennya tentang pensi Sekolah. Sebagian anak ada yang mendukung Billy ada yang mendukung Nesti. Sebagian lagi memperhatikan dengan cukup niat. Pintu keluar tak lebih satu meter dari aku dan Andi duduk. Bangku disebelah Pintu Keluar itu kosong aku mengajak Andi beringsut kesana. Setelah kamu sampai di bangku terdepan tak susah untuk keluar dari ruang OSIS. Saat Billy dan Nesti memulai sesi membanting-banting buku baru kami melesat keluar.

“Kita kemana?” tanyaku saat kami sudah cukup jauh dari ruang OSIS.

“Naik keatas” jawab Andi menarik tanganku menaiki tangga. Tak lama kami berhenti didepan ruang musik.

“Disini?” tanyaku singkat.

“Bu Samira enggak akan kepikiran ngecek kita kesini” ucap Andi. “Sekarang bukain pintunya dikunci nih”

Aku mengangguk aku mengambil kawat dari saku rokku. Aku memelintirnya dan memasukkannya ke lubang kunci hingga pintu terbuka. Untung saja aku suka melihat film aksi ada sedikit-sedikit teknik mereka yang bisa kupelajari. Seperti membuka pintu dan menyalahkan mobil tanpa kunci. Seperti penjahat sih,, tapi dalam keadaan tertentu berguna juga seperti saat ini.

“AH,, kapan-kapan kita ngerampok di Rumah-rumah yuk, sayang kemampuanmu enggak dimanfaatin” ucap Andi pikiran kriminalnya mulai bangkit.

“Jangan ngawur!! Iya kamu pantes jadi penjahat. Nah aku, aneh kali cewek cantik jadi penjahat” timpalku yang langsung disambut “huu” an dari Andi. Kubalas dengan cengiran.

“Sekarang mainin aku sebuah lagu” entah sejak kapan tiba-tiba aku sudah mendapati Andi duduk didepan piano. Aku duduk disebelahnya dan meletakkan jari-jariku diatas tuts-tuts.

“Kamu mau lagu apa?”

“Emmm,,, lagu apa ya? Aha!! Aku mau kamu nyanyiin lagu yang kamu bikinin buat aku waktu SMP. Masih ingat enggak ?? itu hadiah ulang tahunku yang terburuk” jawabnya nyengir.

“Gitu mau aku nyanyiin lagi” timpalku.

“Udah mainin aja apa susahnya sih??” aku hanya bisa mendengus dan mulai menekan tuts-tuts putih dan hitam.

“Kamu dan aku, aku tidak tau sejak kapan? Aku tidak mengerti dimana awalnya
Ini adalah sebuah kisah yang unik, yang skenarionya tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku
Kamu hadir,, dan hari-hariku pun menjadi indah
Kamu datang,, dan mentariku selalu bersinar cerah
Dan mulai dari sekarang dan untuk selamanya bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan sahabat??
Sebagai pertanda betapa indahnya cerita kita
Dan mulai dari sekarang dan untuk selamanya sanggupkah kamu memanggilku sahabat??
Agar aku tau maknaku dalam kehidupanmu
Kamu dan aku,, aku tidak tau apa kamu punya indra keenam atau hanya mataku yang terlalu jujur
Kamu yang selalu memahami aku, selalu datang untuk menemukanku
Kamu dan aku,, menjalin suatu persahabatan yang begitu unik”

“Waktu itu kita masih SMP ya? Judul lagu ini “cerita” begitu naïf karena waktu itu kamu masih naïf-naifnya” tawa Andi mengiringi perkataannya.

“Kalau enggak inget ini adalah lagu pertama yang aku ciptakan dan inspirasinya dari kamu. pengen rasanya aku ngebanting kamu ke piano ini sampai piano ini ancur” balasku sambil meninju pelan bahu Andi.

“Hehehehe, bisa dituntut Sekolah kamu”

Hening sejenak..

“Ini” ucap Andi menyerahkan sebuah amplop coklat untukku.

“Apa ini?”

“AH, kenapa sih setiap orang kalau dikasih hadiah selalu Tanya apa ini? buka aja dulu kenapa”

Aku memonyongkan bibirku kedepan, “Iya aku buka”

Aku menyobek bagian atas amplop itu menemukan dua lembar kertas dan sebuah kaset demo.

“Saat kamu menghadiahkan lagu itu ke aku kamu juga ngasih aku kaset nya kan. Kaset itu aku copy lalu aku kirim….”

“Kamu kirim kemana?” potongku.

“Ke Sekolah seni dan pertunjukan Manhanttan New York. Ke pemilihan murid beasiswa dan kamu tau, kamu masuk 20 besar”

Antara senang atau marah, harusnya aku senang Andi berusaha membantuku. Tapi aku merasa sangat dikecewakan karena dia tidak memberitauku dulu.

“Aku tau kamu kecewa, aku tau kamu pasti begini” seperti biasa Andi tidak ada yang bisa kurahasiakan dari Andi. “Kamu harus bergerak Sarah, kamu butuh bukti ke orang tuamu kalau kamu mampu. Ini adalah awalnya”

Aku benar tidak tau apa yang harus kulakukan, akhirnya aku memutuskan untuk menampar pipi Andi cukup keras. Tapi setelah itu aku langsung menggantungkan lenganku ke lehernya dan mengucapkan terimakasih dan maaf.

“Tamparan itu untukmu karena kamu selalu mengejutkanku dan pelukan ini untukmu sebagai ungkapan terimakasih karena kamu selalu mengejutkanku” ucapku saat ituaku merasakan air mata kembali mengalir di pipiku namun kali ini air mata bahagia.

“Kamu memang aneh,” Andi membalas pelukanku.

©©©

Sekarang PR nya adalah bagaimana cara memberitau orang tuaku kalau aku masuk 20 besar pemilihan murid beasiswa ke New York di Sekolah Seni. Orang tuaku sudah tidak setuju aku berada di bidang seni jadi aku tidak begitu yakin mereka mengijinkanku ke New York untuk belajar music.

“Ma-Pa” panggilku. Saat itu di Ruang Keluarga pada malam hari. Dahiku berkeringat jantungku berdetak sangat cepat. Tidak akan kesiapan dalam diriku tapi siap tidak siap aku harus segera memberitau mereka. UASBN tiga bulan lagi, dan aku tidak mau memberitau mereka setelah mereka berkata padaku namaku sudah masuk falkultas kedokteran.

“Ya,, ada apa Sarah?” Tanya mama lembut.

“Aku,, aku mendaftar suatu beasiswa dan diterima” jawabku cukup lancar.

“Oh ya, beasiswa apa?” Tanya papa pandangannya mengharapkan kejutan dariku.

Aku menghela nafas panjang , silih berganti dalam benakku bayangan kejadian-kejadian yang mungkin saja terjadi. “Pa,, Ma,, aku diterima jadi murid di Sekolah seni dan pertunjukan di New York”
Keadaan jadi tegang tidak ada kata yang terucap dari mama ataupun papa. Mama yang tadi ingin meneguk tehnya pun mengembalikan cangkirnya lagi ke meja. Beberapa saat kemudian papa bangkit dari duduknya dengan raut kecewa begitu juga mama.

“Maafkan Sarah, Ma-pa” mama dan papa menghentikan langkah mereka, berbalik untuk mendengarkanku. “Ini mimpi Sarah, walau Sarah tau akan menyakitkan tapi Sarah ingin mewujudkan mimpi Sarah. Sarah ingin membuat keputusan untuk diri Sarah sendiri” mataku beradu dengan pandangan papa. Aku tidak bisa melarang air mataku untuk mengalir. Wajah papa datar lalu berbalik menuju Kamar.

Andi,, nama itu yang tebesit pertama kali saat aku berlari keluar Rumah. Rumah Andi tidak begitu jauh dari Rumahku. Hanya berjarak lima Rumah maka dari itu kami bersahabat dari kecil kami adalah tetangga. Aku melihat Andi menyandarkan punggungnya didepan Rumahnya dengan jaket merahnya. Tangan kanan disembunyikan di kantong celana training coklatnya.  Sedangkan tangan kirinya menenteng sesuatu.

“Aku tau semua tidak akan berjalan lancar, kamu akan kemari dan menemuiku” ucapnya saat aku sudah disampingnya.

“Mereka tidak setuju, mereka kecewa padaku” tangisku.
Andi hanya tersenyum lalu melepas jaket merahnya dan memakaikannya padaku. “Kamu ceroboh sekali, ini sudah malam tapi keluar tanpa jaket. Untung aku bawa dua, aku yakin kamu tidak akan bawa jaket”

Setelah dia memasangkan jaket merahnya padaku. Dia menutupi kaos biru yang dipakainya dengan jaket biru juga. Andi meletakkan tangannya di pipiku lalu mengusapnya.

“Jangan menangis lagi, ciptakan sebuah lagu untukku ya” ucap Andi sambil mengancungkan sebuah gitar.

©©©

“Bintang,, bersinar ia mencolok ditengah malam,,,
Namun mampukah dia mengerti dan memahami??
Mampukah dia melihat kedalamku??
Bintang,, aku ingin setinggi kamu, sebebinar kamu,,
Bintang,, aku ingin menjadi dirimu menjadi permata ditengah beludru malam
Begitu selalu aku memandang dengki ke arahmu,,
Dapatkah aku??
Memamerkan cahayaku,, membuat mereka mengakuiku
Mendengarkan nyanyianku, petikan gitarku dan dentingan pianoku
Sepertimu bintang, yang selalu dikagumi di setiap malamku
Yang selalu membuat anganku terbangun,,,,”

Begitulah nyanyianku diatas menara penyimpanan air bersama Andi. Kami menatap cakrawala malam yang begitu luas. Bulan tengah purnama ditemani oleh bintang-bintang dan angin dingin malam yang membelai dengan sinis.

“Kamu ingat kamu pernah kabur kesini? Waktu itu sebenarnya aku tidak kepikiran kamu mau ke menara penyimpanan air ini. tapi mengingat kamu sedang marah saat itu, kamu pasti membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menampung suaramu. Tempat yang tidak ada seorang pun mendengar kamu bernyanyi”

Aku mengangguk, “Aku tau kamu selalu bisa menemukanku, kamu selalu bisa”

“Tapi tidak akan bisa selamanya Sarah, aku pernah tersesat saat mencarimu. Aku pernah merasa takut tidak bisa menemukanmu. Tidak menjadi orang pertama yang mengajakmu pulang”

“Tidak! Kamu selalu bisa” segahku. Andi meletakkan tangannya di rambutku lalu menggosok-gosoknya. Kemudian dia menggosok telapak tangannya ketelapak tanganku.

“Dingin ya?” ucapnya mengigil.

Aku mengangguk, “Sama seperti orang tuaku sekarang, mereka dingin. Aku tidak yakin besok kami akan bicara satu sama lain”

Kening Andi berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras. “Aku tau” ucapnya suaranya cukup keras.

“Apa??” Andi tidak menjawab hanya tersenyum misteri lalu dengan begitu saja dia menarik tanganku mengajakku turun dari menara air.

©©©

“TANTE!! OM!!! TANTE SANDRA!!! OM PRATAMA!!” teriak Andi didepan Rumahku. Membuat orang tuaku datang dengan tergopoh-gopoh.

“Ada apa Andi? Kamu sudah menemukan Sarah?” Tanya mama.

Andi mengangguk cepat, “Cepat!! Tante, om sebelum terlambat” ucapan Andi membuat mama dan papa berlari mengikuti Andi. Aku menghela nafas panjang seakan sebentar lagi aku akan berperang.

“Papa-mama, malaikat penjagaku…
Yang menggendongku kala aku belum dapat berjalan
Yang menghiburku kala aku menangis
Yang menyuapiku kala aku belum dapat memegang
Papa-mama cahaya ditengah gulita hidupku
Dengarkan aku!! Walau suaraku terlalu lemah dan tak senada dengan lagu tujuan kalian
Aku punya mimpi,, mimpi yang sangat tinggi
Aku ingin menciptakan harapan, harapan yang sangat banyak
Papa-mama dengarkan aku!!
Aku ingin menggemakan laguku, memastikan semua orang mendengarkannya
Aku ingin menjadi bintang, memastikan semua orang melihatku
Tunjukkan padaku mama-papa? Dengan restu kalian aku mampu dan tanpa ikhlas kalian aku jatuh
biarkan aku menjadi sesuatu yang aku inginkan, izinkan aku menjadi diriku sendiri
Membuat kehidupan untukku sendiri, kehidupan yang akan mengukir senyum bangga untuk kalian,,
Mama-papa cintaku untuk kalian. Dengarkan aku!! Mohon kabulkan mimpiku!! Pahami aku seperti saat kalian menginginkan aku di kala aku belum ada

Aku duduk dengan kursi kayu ditengah jalanan yang sepi. Dengan memangku gitar aku menyanyikan lagu yang sebenarnya telah lama aku ciptakan untuk mama dan papa. Mama dan papa ada dihadapanku memandangku dengan pandangan yang tidak bisa aku tafsirkan.

©©©

Suasana di Bandara sangat ramai orang hilir mudik dihadapanku. Beberapa bulan init rasa berat bagiku dan Andi. Kami berjuang keras untuk lulus UASBN dan hasilnya tidak mengecewakan. Setidaknya Andi bisa masuk falkultas teknik di ITS dengan beasiswa penuh. Sedangkan aku tidak perlu masuk falkultas kedokteran UNAIR karena mulai malam saat aku menyanyi untuk mama dan papa aku diijinkan untuk sekolah seni. Aku mengikuti audisi 20 besar sekolah seni Manhanttan dan aku berhasil masuk 3 besar.
Hari ini aku harus berangkat ke New York, mama dan papa memelukku untuk perpisahan. Disana juga ada Andi.

“Sering kirim email ya juga telepon” ucap mama.

“Sarah janji ma, Sarah akan pulang dengan keberhasilan” panggilan untuk pesawat ke New York sudah terdengar. Mama dan papa berbalik karena tidak mampu melihat aku masuk ke gate.

“Jadi,, kamu sudah selangkah lebih maju menuju mimpimu?” Tanya Andi.

Aku mengangguk, “Emm,, Andi sebenarnya aku penasaran satu hal tentang kamu”

“Penasaran tentang apa?” tanyanya heran.

“Apa mimpimu?” tanyaku.

Andi hanya tersenyum,  “Semua jawabanmu ada disini”jawab Andi menyerahkan sebuah kotak untukku.

“Aku harap sekalipun kamu tidak suka, atau suaraku bakal bikin kamu trauma. Jangan dibuang ya,, ini adalah kenanganku untukmu. Jangan lupa kirim email, wall ke facebookku dan mention ke twitterku ya. Sering kirim kabar ya”

Panggilan pesawat ke New York terdengar lagi. Setelah mengucap sampai jumpa aku berbalik menuju gate. Tapi ada perasaan yang mengganjal di hatiku, aku menoleh Andi masih ada disana. aku menjatuhkan tas dan koperku lalu aku berlari kearah Andi memeluknya dengan erat.

“Terimakasih-terimakasih Andi, terimakasih” ucapku.

“Iya,, sudahlah. Jangan sampai kamu ketinggalan pesawatmu”

“Aku janji, aku akan berusaha aku akan mewujudkan mimpiku. Aku tidak akan mengecewakanmu”

Aku berbalik kembali menuju koper dan tasku. Berbalik lagi melambaikan tanganku ke Andi sebelum aku masuk ke Gate.

Dua tahun kemudian…

New York…

Aku sedang di Ruang piano bersama temanku Jane Collins. Aku sibuk menyusun lirik lagu untuk single pertamaku yang akan dirilis oleh sebuah label yang sama dengan Micheal Jackson.

“You are so lucky, Sarah” ucap Jane menepuk bahuku.

“No, I’mnot. It isn’t just lucky. It is sacrife and hard work. It is not dream if just because lucky” jawabku.

“Yes, of course. If it is dream you must make come true. Right??”

Aku mengangguk, “You need sacrife, hard work, patient, tears, smile and bestfriend” jawabku menekankan nada pada kata bestfriend.

Jane mengiyakan perkataanku lalu dia pamit keluar dari ruang piano. Setelah Jane keluar aku merogoh tasku yang ada diatas piano dan mengeluarkan tape recorder. Yang diberikan Andi padaku dalam kotak saat aku pergi ke New York.  Aku menekan tombol play-nya. Terdengar Andi yang memetik gitar.

“Dimana adanya?? Sampai kapan akhirnya??
Aku yang terus memedam rasa tanpa ada pernyataan
Aku yang terus terdiam dalam kemunafikkan
Sejak kapan? Aku tidak tahu
Yang jelas aku jatuh cinta,,,
Jatuh cinta oh,,, tentu saja kepadamu
Cinta yang selalu kuselubung dalam kata persahabatan
Kini aku tidak ingin berbohong lagi, tidak akan ada lagi kemunafikkan
Sekarang ingin kutanyakan, maukah kamu menjadi dewiku?
Bukan hanya sekedar orang yang kupahami dan selalu kutemukan
Tapi juga orang yang kucinta, orang yang menjadi impianku
Sekarang ingin kutanyakan maukah kamu menjadi wanitaku??
Walau kini jarak telah kubuat antara kamu dan aku tapi aku yakin kamu akan kembali
Kembali dalam jangkauanku dalam pelukku lagi dan aku berharap saat itu kamu bawa jawaban perasaanku beserta kepulanganmu
yang jelas aku jatuh cinta,,,
Jatuh cinta oh,, tentu saja kepadamu,,,

Aku tersenyum mendengar suara bass Andi, aku janji Andi aku akan pulang sebagai musisi yang berhasil seperti mimpiku. Dan saat itu aku ingin memelukmu dan membisikkan padamu aku bersedia menjadi dewimu, menjadi wanitamu, mewujudkan impianmu.

1 komentar:

tgk-merdu mengatakan...

Bagus Sekali,,

Posting Komentar

 
;