Aku tidak tau,, sejak
kapan jantungku ini berdetak sangat cepat. Mengirimkan adrenalin ke setiap
nadiku. Aku tidak tau,, mengapa emosi ini begitu bisa meluap-luap? Menyiapkan
energy yang sangat besar yang bersiap meledakkanku bila tidak aku lampiaskan.
Nada yang dinamis
tercipta dari tarianku jari-jariku diatas tuts putih dan hitam yang berjajar.
Nadanya begitu penuh kemarahan saat aku mainkan . Cara menyanyiku pun seperti
orang hard core dengan lirik penuh dengan rasa ingin melampiaskan,
berteriak-teriak aku seperti orang dalam penjara yang tidak dibebaskan selama
100 tahun. Menyisakan rasa panas diujung jariku dan mengakibatkan lega hatiku.
Plok,, plok,, plok
suara tepuk tangan itu menyambut berakhirnya laguku. Tidak begitu meriah karena
tepukan itu bukan berasal dari beratus orang didalam Ballroom megah. Hanya
seorang yang diambang pintu tapi itu terasa lebih berarti bagiku daripada
beratus orang di Ballroom. Lagipula mana ada orang yang mau memberikan tepukan
angannya untuk lagu hancurku barusan kecuali dia. Dia berjalan mendekatiku,
menghentikan langkahnya disamping piano.
“Sejak kapan ruang seni
music Sekolah jadi ruang pribadimu?” tanyanya sambil nyengir.
“Biar saja!! aku sedang
sebal” ucapku dengan nafas tersengal. “Tapi sekarang sudah cukup lega”
lanjutku.
“Piano emang bagaikan
tongkat bisbol ya bagimu. Bisa kamu gunakan untuk melampiaskan
perasaan”candanya kriuk. “Emang kamu masih sebal karena masalah yang sama
seperti saat kamu kabur ke menara penyimpanan air dua hari yang lalu dengan
gitar?” lanjutnya bertanya.
“Kamu tau kan?? Betapa
kepala batunya orang tuaku. Aku tau mereka dokter, mereka dokter yang sangat
hebat. Tapi aku suka music, aku suka dengan music aku ingin bermain music”
jawabku.
“Kalau kamu memang
benar ingin jadi musisi, buktikan ke mereka keseriusanmu jangan kabur-kaburan
terus. Udah yuk!! Kita harus pulang sebelum satu kompleks rusuh nyariin kamu”
ajaknya dan aku mengangguk menyetujuinya.
Beberapa saat kemudian
kami sudah berada di jalan depan tembok belakang Sekolah.
“Aku enggak ngerti deh,
kenapa kamu milih kabur ke Sekolah. Emang nggak susah apa manjatnya?” tanyanya
sedikit tersengal. Aku hanya nyengir.
Aku juga tidak tau
mengapa kamu selalu bisa menemukan aku, Andi ucap hatiku. Andi sahabatku yang
tengah berjalan bersanding denganku ini. mungkin dialah satu-satunya orang yang
paling mengerti aku. Aku juga tidak tau mengapa dia bisa begitu memahami aku.
Seakan dia bisa membaca pikiranku aku tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.
Saat aku sedang marah, sebal, gusar, sedih, bête Andi selalu menjadi orang
pertama yang bisa membuatku tersenyum. Saat aku sedang menjalankan hobyku saat
marah yaitu kabur dari Rumah, Andi selalu menjadi orang yang pertama
menemukanku. Aku tidak perlu takut tersesat atau kehilangan arah karena Andi
akan selalu menemukanku.
Jingga menjadi warna
langit, semburat emas tipis semakin menebal kearah barat seakan menjadi ucapan
sampai jumpa dari sang mentari. Langkahku tiba-tiba saja kuhentikan , jalan
dibelakang Sekolah ini begitu sepi. Jarang ada orang yang lewat sini apalagi di
senja seperti ini hanya ada aku dan Andi di jalan itu. aku merasakan pipiku
menghangat dan basah sebuah cairan meluncur dengan lancarnya menuruni pipiku.
“Semua akan baik-baik
saja” hibur Andi yang menyadari aku menangis.
“Baik-baik saja
apanya?” semburku. “Mereka itu kepala batu Andi!! Mereka tidak akan
mendengarkan aku. UASBN tinggal beberapa bulan lagi setelah nilainya keluar
mereka akan langsung mengirimku ke falkultas kedokteran”
“Kamu tau kenapa masih
banyak orang miskin di Indonesia?” tanyanya jelas tidak nyambung dengan topic
yang dibicarakan sekarang. Tapi aku menggeleng tanda tidak tau. “Karena saat
mereka muda, mereka tidak mempunyai mimpi. Mereka tidak berani membuat tujuan
mereka, tidak berani membuat keputusan untuk diri mereka sendiri. Mereka lebih
suka takdir atau malah orang lain yang memutuskan hidup mereka. kamu tau
mengapa mereka tidak bermimpi?? Karena mereka tidak berani, mereka merasa lemah
dan tidak punya kekuatan. Karena mengubah mimpi menjadi kenyataan itu sulit dan
kadang menyakitkan. Dan melihat pribadi bangsa Indonesia kebanyakan, banyak
yang tidak sanggup” Andi meletakkan tangannya yang hangat dan besar ke bahuku.
Seketika aku merasa sangat aman.
“Aku mengenalmu, kita
sahabat dari kecil. Aku mengenalmu Sarah, aku tau kamu sanggup, aku tau kamu
berani, kamu kuat, kamu punya kekuatan. Yang kamu perlukan adalah percaya dan
mulai memutuskan sesuatu untukmu sendiri. Ini hidupmu Sarah, dan mereka orang
tuamu mereka tidak harusnya menghalangi mimpimu. Buat mereka mengerti Sarah,
buat mereka memahamimu”
Aku masih terisak, “Apa
aku bisa?” tanyaku.
“Apa itu pertanyaan
retoris? Jelas kamu bisa, kamu Sarah” jawabnya menyalurkan semangat untukku.
“Sekarang berhenti menangis!” ucapnya mengusap air mataku. “Kamu itu udah jelek
kalau nangis tambah jelek taukk” lanjutnya membuatku menghadiahkan jitakan
pelan ke kepalanya. Tapi dia malah tersenyum.
©©©
Sial!! Mengapa juga aku
jadi anggota OSIS?? Gerutuku sepanjang rapat OSIS yang tidak ada akhirnya ini.
aku paling males kalau ada rapat OSIS, sebenarnya aku senang-senang saja rapat
kalau saja akhirnya tidak menjadi debat berkepanjangan seperti ini. untungnya
ada Andi, selama semua masih debat tidak jelas. Aku dan Andi cekikikan berdua.
“Hehehe,, ngawur
kamu!!” ucapku saat dia menirukan gaya Billy ketua OSISku. Mulutnya dibuat maju
dan dadanya dibusungkan. Tulang igaku sampai nyeri menahan tawa.
“Udah mirip belum?”
tanyanya masih dalam keadaan bibirnya maju.
“Yee,, Billy nggak gitu
juga kali” desisku pelan.
“Ahh, capek” ucap Andi
berhenti menirukan Billy.”Cabut aja yuk!!” ajak Andi.
“Jangan!! Kalau kita
ketahuan cabut sama bu Samira nilai kita bisa dikurangi. UASBN tinggal tiga
bulan lagi mau kamu enggak ikut UASBN gara-gara nilaimu kurang”
“Harusnya kamu nyari
akal dong, gimana caranya kita kabur tanpa ketahuan?. Dalam hal kabur-kaburan
kamu kan berpengalaman”
“Sialan!!” ucapku
mengacak-acak rambut Andi.
“Udah yuk!! Kabur aja
bisa muntah beneran nih aku lama-lama disini denger debat enggak jelas Billy
sama Nesti” desak Andi.
“Ya aku sih ayuk aja
asal enggak ketahuan, tapi kemana biar nggak ketahuan??”
“Pokoknya kamu cari
cara supaya kita bisa keluar dari sini. Soal kemana aku yang urus”
Aku pun menyetujuinya,
aku meninggikan leherku melihat Billy dan Nesti waketos 1 masih sibuk mengeluarkan
argumennya tentang pensi Sekolah. Sebagian anak ada yang mendukung Billy ada
yang mendukung Nesti. Sebagian lagi memperhatikan dengan cukup niat. Pintu
keluar tak lebih satu meter dari aku dan Andi duduk. Bangku disebelah Pintu
Keluar itu kosong aku mengajak Andi beringsut kesana. Setelah kamu sampai di
bangku terdepan tak susah untuk keluar dari ruang OSIS. Saat Billy dan Nesti
memulai sesi membanting-banting buku baru kami melesat keluar.
“Kita kemana?” tanyaku
saat kami sudah cukup jauh dari ruang OSIS.
“Naik keatas” jawab
Andi menarik tanganku menaiki tangga. Tak lama kami berhenti didepan ruang
musik.
“Disini?” tanyaku
singkat.
“Bu Samira enggak akan
kepikiran ngecek kita kesini” ucap Andi. “Sekarang bukain pintunya dikunci nih”
Aku mengangguk aku
mengambil kawat dari saku rokku. Aku memelintirnya dan memasukkannya ke lubang
kunci hingga pintu terbuka. Untung saja aku suka melihat film aksi ada
sedikit-sedikit teknik mereka yang bisa kupelajari. Seperti membuka pintu dan
menyalahkan mobil tanpa kunci. Seperti penjahat sih,, tapi dalam keadaan
tertentu berguna juga seperti saat ini.
“AH,, kapan-kapan kita
ngerampok di Rumah-rumah yuk, sayang kemampuanmu enggak dimanfaatin” ucap Andi
pikiran kriminalnya mulai bangkit.
“Jangan ngawur!! Iya
kamu pantes jadi penjahat. Nah aku, aneh kali cewek cantik jadi penjahat”
timpalku yang langsung disambut “huu” an dari Andi. Kubalas dengan cengiran.
“Sekarang mainin aku
sebuah lagu” entah sejak kapan tiba-tiba aku sudah mendapati Andi duduk didepan
piano. Aku duduk disebelahnya dan meletakkan jari-jariku diatas tuts-tuts.
“Kamu mau lagu apa?”
“Emmm,,, lagu apa ya?
Aha!! Aku mau kamu nyanyiin lagu yang kamu bikinin buat aku waktu SMP. Masih
ingat enggak ?? itu hadiah ulang tahunku yang terburuk” jawabnya nyengir.
“Gitu mau aku nyanyiin
lagi” timpalku.
“Udah mainin aja apa
susahnya sih??” aku hanya bisa mendengus dan mulai menekan tuts-tuts putih dan
hitam.
“Kamu
dan aku, aku tidak tau sejak kapan? Aku tidak mengerti dimana awalnya
Ini
adalah sebuah kisah yang unik, yang skenarionya tak pernah terpikirkan
sebelumnya olehku
Kamu
hadir,, dan hari-hariku pun menjadi indah
Kamu
datang,, dan mentariku selalu bersinar cerah
Dan
mulai dari sekarang dan untuk selamanya bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan
sahabat??
Sebagai
pertanda betapa indahnya cerita kita
Dan
mulai dari sekarang dan untuk selamanya sanggupkah kamu memanggilku sahabat??
Agar
aku tau maknaku dalam kehidupanmu
Kamu
dan aku,, aku tidak tau apa kamu punya indra keenam atau hanya mataku yang
terlalu jujur
Kamu
yang selalu memahami aku, selalu datang untuk menemukanku
Kamu
dan aku,, menjalin suatu persahabatan yang begitu unik”
“Waktu itu kita masih
SMP ya? Judul lagu ini “cerita” begitu naïf karena waktu itu kamu masih
naïf-naifnya” tawa Andi mengiringi perkataannya.
“Kalau enggak inget ini
adalah lagu pertama yang aku ciptakan dan inspirasinya dari kamu. pengen
rasanya aku ngebanting kamu ke piano ini sampai piano ini ancur” balasku sambil
meninju pelan bahu Andi.
“Hehehehe, bisa
dituntut Sekolah kamu”
Hening sejenak..
“Ini” ucap Andi
menyerahkan sebuah amplop coklat untukku.
“Apa ini?”
“AH, kenapa sih setiap
orang kalau dikasih hadiah selalu Tanya apa ini? buka aja dulu kenapa”
Aku memonyongkan
bibirku kedepan, “Iya aku buka”
Aku menyobek bagian
atas amplop itu menemukan dua lembar kertas dan sebuah kaset demo.
“Saat kamu
menghadiahkan lagu itu ke aku kamu juga ngasih aku kaset nya kan. Kaset itu aku
copy lalu aku kirim….”
“Kamu kirim kemana?”
potongku.
“Ke Sekolah seni dan
pertunjukan Manhanttan New York. Ke pemilihan murid beasiswa dan kamu tau, kamu
masuk 20 besar”
Antara senang atau
marah, harusnya aku senang Andi berusaha membantuku. Tapi aku merasa sangat
dikecewakan karena dia tidak memberitauku dulu.
“Aku tau kamu kecewa,
aku tau kamu pasti begini” seperti biasa Andi tidak ada yang bisa kurahasiakan
dari Andi. “Kamu harus bergerak Sarah, kamu butuh bukti ke orang tuamu kalau
kamu mampu. Ini adalah awalnya”
Aku benar tidak tau apa
yang harus kulakukan, akhirnya aku memutuskan untuk menampar pipi Andi cukup
keras. Tapi setelah itu aku langsung menggantungkan lenganku ke lehernya dan
mengucapkan terimakasih dan maaf.
“Tamparan itu untukmu
karena kamu selalu mengejutkanku dan pelukan ini untukmu sebagai ungkapan
terimakasih karena kamu selalu mengejutkanku” ucapku saat ituaku merasakan air
mata kembali mengalir di pipiku namun kali ini air mata bahagia.
“Kamu memang aneh,”
Andi membalas pelukanku.
©©©
Sekarang PR nya adalah
bagaimana cara memberitau orang tuaku kalau aku masuk 20 besar pemilihan murid
beasiswa ke New York di Sekolah Seni. Orang tuaku sudah tidak setuju aku berada
di bidang seni jadi aku tidak begitu yakin mereka mengijinkanku ke New York
untuk belajar music.
“Ma-Pa” panggilku. Saat
itu di Ruang Keluarga pada malam hari. Dahiku berkeringat jantungku berdetak
sangat cepat. Tidak akan kesiapan dalam diriku tapi siap tidak siap aku harus
segera memberitau mereka. UASBN tiga bulan lagi, dan aku tidak mau memberitau
mereka setelah mereka berkata padaku namaku sudah masuk falkultas kedokteran.
“Ya,, ada apa Sarah?”
Tanya mama lembut.
“Aku,, aku mendaftar
suatu beasiswa dan diterima” jawabku cukup lancar.
“Oh ya, beasiswa apa?”
Tanya papa pandangannya mengharapkan kejutan dariku.
Aku menghela nafas
panjang , silih berganti dalam benakku bayangan kejadian-kejadian yang mungkin
saja terjadi. “Pa,, Ma,, aku diterima jadi murid di Sekolah seni dan
pertunjukan di New York”
Keadaan jadi tegang
tidak ada kata yang terucap dari mama ataupun papa. Mama yang tadi ingin
meneguk tehnya pun mengembalikan cangkirnya lagi ke meja. Beberapa saat
kemudian papa bangkit dari duduknya dengan raut kecewa begitu juga mama.
“Maafkan Sarah, Ma-pa”
mama dan papa menghentikan langkah mereka, berbalik untuk mendengarkanku. “Ini
mimpi Sarah, walau Sarah tau akan menyakitkan tapi Sarah ingin mewujudkan mimpi
Sarah. Sarah ingin membuat keputusan untuk diri Sarah sendiri” mataku beradu
dengan pandangan papa. Aku tidak bisa melarang air mataku untuk mengalir. Wajah
papa datar lalu berbalik menuju Kamar.
Andi,, nama itu yang
tebesit pertama kali saat aku berlari keluar Rumah. Rumah Andi tidak begitu
jauh dari Rumahku. Hanya berjarak lima Rumah maka dari itu kami bersahabat dari
kecil kami adalah tetangga. Aku melihat Andi menyandarkan punggungnya didepan
Rumahnya dengan jaket merahnya. Tangan kanan disembunyikan di kantong celana
training coklatnya. Sedangkan tangan
kirinya menenteng sesuatu.
“Aku tau semua tidak
akan berjalan lancar, kamu akan kemari dan menemuiku” ucapnya saat aku sudah
disampingnya.
“Mereka tidak setuju,
mereka kecewa padaku” tangisku.
Andi hanya tersenyum
lalu melepas jaket merahnya dan memakaikannya padaku. “Kamu ceroboh sekali, ini
sudah malam tapi keluar tanpa jaket. Untung aku bawa dua, aku yakin kamu tidak
akan bawa jaket”
Setelah dia memasangkan
jaket merahnya padaku. Dia menutupi kaos biru yang dipakainya dengan jaket biru
juga. Andi meletakkan tangannya di pipiku lalu mengusapnya.
“Jangan menangis lagi,
ciptakan sebuah lagu untukku ya” ucap Andi sambil mengancungkan sebuah gitar.
©©©
“Bintang,,
bersinar ia mencolok ditengah malam,,,
Namun
mampukah dia mengerti dan memahami??
Mampukah
dia melihat kedalamku??
Bintang,,
aku ingin setinggi kamu, sebebinar kamu,,
Bintang,,
aku ingin menjadi dirimu menjadi permata ditengah beludru malam
Begitu
selalu aku memandang dengki ke arahmu,,
Dapatkah
aku??
Memamerkan
cahayaku,, membuat mereka mengakuiku
Mendengarkan
nyanyianku, petikan gitarku dan dentingan pianoku
Sepertimu
bintang, yang selalu dikagumi di setiap malamku
Yang
selalu membuat anganku terbangun,,,,”
Begitulah nyanyianku
diatas menara penyimpanan air bersama Andi. Kami menatap cakrawala malam yang
begitu luas. Bulan tengah purnama ditemani oleh bintang-bintang dan angin dingin
malam yang membelai dengan sinis.
“Kamu ingat kamu pernah
kabur kesini? Waktu itu sebenarnya aku tidak kepikiran kamu mau ke menara penyimpanan
air ini. tapi mengingat kamu sedang marah saat itu, kamu pasti membutuhkan
tempat yang sangat luas untuk menampung suaramu. Tempat yang tidak ada seorang
pun mendengar kamu bernyanyi”
Aku mengangguk, “Aku
tau kamu selalu bisa menemukanku, kamu selalu bisa”
“Tapi tidak akan bisa
selamanya Sarah, aku pernah tersesat saat mencarimu. Aku pernah merasa takut
tidak bisa menemukanmu. Tidak menjadi orang pertama yang mengajakmu pulang”
“Tidak! Kamu selalu
bisa” segahku. Andi meletakkan tangannya di rambutku lalu menggosok-gosoknya.
Kemudian dia menggosok telapak tangannya ketelapak tanganku.
“Dingin ya?” ucapnya
mengigil.
Aku mengangguk, “Sama
seperti orang tuaku sekarang, mereka dingin. Aku tidak yakin besok kami akan
bicara satu sama lain”
Kening Andi berkerut
seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras. “Aku tau” ucapnya suaranya
cukup keras.
“Apa??” Andi tidak
menjawab hanya tersenyum misteri lalu dengan begitu saja dia menarik tanganku
mengajakku turun dari menara air.
©©©
“TANTE!! OM!!! TANTE
SANDRA!!! OM PRATAMA!!” teriak Andi didepan Rumahku. Membuat orang tuaku datang
dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa Andi? Kamu
sudah menemukan Sarah?” Tanya mama.
Andi mengangguk cepat, “Cepat!!
Tante, om sebelum terlambat” ucapan Andi membuat mama dan papa berlari
mengikuti Andi. Aku menghela nafas panjang seakan sebentar lagi aku akan
berperang.
“Papa-mama,
malaikat penjagaku…
Yang
menggendongku kala aku belum dapat berjalan
Yang
menghiburku kala aku menangis
Yang
menyuapiku kala aku belum dapat memegang
Papa-mama
cahaya ditengah gulita hidupku
Dengarkan
aku!! Walau suaraku terlalu lemah dan tak senada dengan lagu tujuan kalian
Aku
punya mimpi,, mimpi yang sangat tinggi
Aku
ingin menciptakan harapan, harapan yang sangat banyak
Papa-mama
dengarkan aku!!
Aku
ingin menggemakan laguku, memastikan semua orang mendengarkannya
Aku
ingin menjadi bintang, memastikan semua orang melihatku
Tunjukkan
padaku mama-papa? Dengan restu kalian aku mampu dan tanpa ikhlas kalian aku
jatuh
biarkan aku menjadi sesuatu yang aku inginkan, izinkan aku menjadi diriku sendiri
biarkan aku menjadi sesuatu yang aku inginkan, izinkan aku menjadi diriku sendiri
Membuat
kehidupan untukku sendiri, kehidupan yang akan mengukir senyum bangga untuk
kalian,,
Mama-papa
cintaku untuk kalian. Dengarkan aku!! Mohon kabulkan mimpiku!! Pahami aku
seperti saat kalian menginginkan aku di kala aku belum ada
Aku duduk dengan kursi
kayu ditengah jalanan yang sepi. Dengan memangku gitar aku menyanyikan lagu
yang sebenarnya telah lama aku ciptakan untuk mama dan papa. Mama dan papa ada
dihadapanku memandangku dengan pandangan yang tidak bisa aku tafsirkan.
©©©
Suasana di Bandara
sangat ramai orang hilir mudik dihadapanku. Beberapa bulan init rasa berat
bagiku dan Andi. Kami berjuang keras untuk lulus UASBN dan hasilnya tidak
mengecewakan. Setidaknya Andi bisa masuk falkultas teknik di ITS dengan
beasiswa penuh. Sedangkan aku tidak perlu masuk falkultas kedokteran UNAIR
karena mulai malam saat aku menyanyi untuk mama dan papa aku diijinkan untuk
sekolah seni. Aku mengikuti audisi 20 besar sekolah seni Manhanttan dan aku
berhasil masuk 3 besar.
Hari ini aku harus
berangkat ke New York, mama dan papa memelukku untuk perpisahan. Disana juga
ada Andi.
“Sering kirim email ya
juga telepon” ucap mama.
“Sarah janji ma, Sarah
akan pulang dengan keberhasilan” panggilan untuk pesawat ke New York sudah
terdengar. Mama dan papa berbalik karena tidak mampu melihat aku masuk ke gate.
“Jadi,, kamu sudah
selangkah lebih maju menuju mimpimu?” Tanya Andi.
Aku mengangguk, “Emm,,
Andi sebenarnya aku penasaran satu hal tentang kamu”
“Penasaran tentang
apa?” tanyanya heran.
“Apa mimpimu?” tanyaku.
Andi hanya
tersenyum, “Semua jawabanmu ada
disini”jawab Andi menyerahkan sebuah kotak untukku.
“Aku harap sekalipun
kamu tidak suka, atau suaraku bakal bikin kamu trauma. Jangan dibuang ya,, ini
adalah kenanganku untukmu. Jangan lupa kirim email, wall ke facebookku dan
mention ke twitterku ya. Sering kirim kabar ya”
Panggilan pesawat ke
New York terdengar lagi. Setelah mengucap sampai jumpa aku berbalik menuju
gate. Tapi ada perasaan yang mengganjal di hatiku, aku menoleh Andi masih ada
disana. aku menjatuhkan tas dan koperku lalu aku berlari kearah Andi memeluknya
dengan erat.
“Terimakasih-terimakasih
Andi, terimakasih” ucapku.
“Iya,, sudahlah. Jangan
sampai kamu ketinggalan pesawatmu”
“Aku janji, aku akan
berusaha aku akan mewujudkan mimpiku. Aku tidak akan mengecewakanmu”
Aku berbalik kembali
menuju koper dan tasku. Berbalik lagi melambaikan tanganku ke Andi sebelum aku
masuk ke Gate.
Dua tahun kemudian…
New York…
Aku sedang di Ruang
piano bersama temanku Jane Collins. Aku sibuk menyusun lirik lagu untuk single
pertamaku yang akan dirilis oleh sebuah label yang sama dengan Micheal Jackson.
“You are so lucky,
Sarah” ucap Jane menepuk bahuku.
“No, I’mnot. It isn’t
just lucky. It is sacrife and hard work. It is not dream if just because lucky”
jawabku.
“Yes, of course. If it
is dream you must make come true. Right??”
Aku mengangguk, “You
need sacrife, hard work, patient, tears, smile and bestfriend” jawabku
menekankan nada pada kata bestfriend.
Jane mengiyakan
perkataanku lalu dia pamit keluar dari ruang piano. Setelah Jane keluar aku
merogoh tasku yang ada diatas piano dan mengeluarkan tape recorder. Yang
diberikan Andi padaku dalam kotak saat aku pergi ke New York. Aku menekan tombol play-nya. Terdengar Andi
yang memetik gitar.
“Dimana
adanya?? Sampai kapan akhirnya??
Aku
yang terus memedam rasa tanpa ada pernyataan
Aku
yang terus terdiam dalam kemunafikkan
Sejak
kapan? Aku tidak tahu
Yang
jelas aku jatuh cinta,,,
Jatuh
cinta oh,,, tentu saja kepadamu
Cinta
yang selalu kuselubung dalam kata persahabatan
Kini
aku tidak ingin berbohong lagi, tidak akan ada lagi kemunafikkan
Sekarang
ingin kutanyakan, maukah kamu menjadi dewiku?
Bukan
hanya sekedar orang yang kupahami dan selalu kutemukan
Tapi
juga orang yang kucinta, orang yang menjadi impianku
Sekarang
ingin kutanyakan maukah kamu menjadi wanitaku??
Walau
kini jarak telah kubuat antara kamu dan aku tapi aku yakin kamu akan kembali
Kembali
dalam jangkauanku dalam pelukku lagi dan aku berharap saat itu kamu bawa
jawaban perasaanku beserta kepulanganmu
yang jelas aku jatuh cinta,,,
yang jelas aku jatuh cinta,,,
Jatuh
cinta oh,, tentu saja kepadamu,,,
Aku tersenyum mendengar
suara bass Andi, aku janji Andi aku akan pulang sebagai musisi yang berhasil
seperti mimpiku. Dan saat itu aku ingin memelukmu dan membisikkan padamu aku
bersedia menjadi dewimu, menjadi wanitamu, mewujudkan impianmu.
1 komentar:
Bagus Sekali,,
Posting Komentar