Jumat, 02 November 2012 1 komentar

kisah dandelion


Dibawah rimbunan pohon-pohon jagung yang telah meninggi dan tinggal menunggu hitungan minggu untuk di panen. Tumbuhlah sekuntum bunga dandelion bunganya telah berselubung mantel putih yang indah. mantel itu terbuat dari anak-anak dandelion yang saat waktunya akan terbang bersama angin dan menjadi dandelion yang baru.
“Anak-anakku esok kalian akan pergi bersama angin besar. Persiapkanlah diri kalian untuk petualangan yang besar” ucap si Ibu Dandelion disambut dengan sorak anak-anaknya. Anak-anak Dandelion memang sudah telah lama menantikan waktu ini. waktu dimana mereka bisa mengarungi langit biru, melewati awan-awan putih, melihat luasnya langit dan ragamnya dunia. Cerita-cerita petualangan yang diceritakan oleh ibu mereka membuat kesabaran mereka semakin menipis.
Tapi diantara sorak itu ada sebuah anak Dandelion yang terdiam. Si anak Dandelion ini paling kecil ukurannya diantara saudara-saudarnya. Letaknya yang ada di kepala ibunya la yang membuatnya tampak sama besarnya dengan saudara-saudaranya.
Saat malam menjelang ketakutan Dandelion kecil semakin bertambah. Dia takut dengan datangnya angin besar besok yang akan membawanya dan saudara-saudarnya pergi. Dandelion kecil takut dengan ketiggian, takut bila saja dia tersesat, takut kalau tidak bisa bersama ibunya lagi. Jelas, setelah angin besar membawanya si Dandelion kecil takkan bisa bertemu dengan ibunya lagi. Karena setelah dia dan saudara-saudaranya pergi ibunya akan mati dan si Dandelion kecil tidak menginginkan itu. itu adalah hal yang paling dia takutkan.
“Anakku, ada apa? kenapa kamu belum tidur?” Tanya si Ibu Dandelion saat menyadari si Dandelion kecil belum tidur.
“Ibu, boleh tidak kalau aku tidak usah pergi” pinta Dandelion kecil.
“Mengapa kamu tidak mau pergi?”
“Aku takut ibu, aku takut menjelajah dunia. Aku takut terbang ke langit biru, aku takut melihat dunia ini, aku takut sendirian. Dan yang paling aku takutkan kalau tidak bisa bertemu ibu lagi” isak si Dandelion kecil.
 
;